Lihat ke Halaman Asli

Pasangan Tanpa Masa Lalu

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_113228" align="alignleft" width="300" caption="Sumber: www.google.com"][/caption]

Seorang teman menyatakan bahwa senang sekali jika kita bisa memiliki suami/istri yang tidak memiliki catatan masa lalu, dalam arti dia tidak memiliki mantan, atau tidak pernah menjalin hubungan sama sekali dengan lawan jenisnya sebelum bersama dengan kita.Kita adalah yang pertama dan diharapkan menjadi yang terakhir untuk dirinya.

Kita akan menjalani hidup dengan tenang. Tidak perlu merasa khawatir saat pasangan kita bertemu dengan kekasih lamanya. Tidak perlu merasa cemburu saat dia menceritakan tentang romantismenya atau kenangan indah dia bersama mantannya. Pokoknya segalanya adalah tentang kita. Tak ada yang lain lagi. Tak ada yang perlu kita permasalahkan. Benarkah demikian?

Memang ada benarnya juga. Tapi bukankah tidak setiap pribadi memperoleh keberuntungan itu? Manusia belajar dari pengalamannya di masa lalu untuk mengantisipasi masalah-masalah di masa depannya. Sehingga bagi orang yang tidak memiliki ‘masa lalu’ kemungkinan dia belum mengerti bagaimana caranya menghadapi berbagai masalah yang membelitnya. Termasuk dalam hal membina hubungan dengan pasangannya. Kecuali ketika manusia tersebut benar-benar telah dewasa. Sehingga semua keputusan dan tindakannya telah dipikirkan dengan matang.

Tidak menutup kemungkinan juga pasangan kita yang tanpa masa lalu tersebut akan menemukan yang lain saat rumah tangga berjalan. Seseorang yang mungkin jauh lebih baik dan menarik dari kita. Seseorang yang lebih ‘menggoda’ dibandingkan kita.

Jadi pasangan yang tak memiliki masa lalu pun tak menjamin akan memberikan kebahagiaan dan kelanggengan hubungan. Lagipula, ukuran berhasil tidaknya sebuah hubungan tidak menggunakan parameter terang atau kelamnya masa lalu pasangan kita.

Yang terpenting adalah bagaimana kita berdamai dengan masa lalu tersebut, dan berkomitmen untuk secara bersama-sama saling menjaga keutuhan dalam sebuah rumah tangga. Ya, menjaga dan mempertahankan adalah fase terberat dalam sebuah hubungan. Perlu pengorbanan yang tulus, besar maupun kecil. Jangan sampai fase ini lebih singkat daripada fase pendekatan. Penting untuk mengingat dan memantapkan kembali tujuan ketika pertama kali berikrar dan bertekad untuk bersama-sama mencapainya. Dengan demikian kita berfokus pada masa depan, bukan pada masa lalu.

Jangan lupakan juga TRUST, kepercayaan.Jagalah kepercayaan yang telah diberikan pasangan kepada kita. Sehingga dalam hubungan tersebut masing-masing kekasih dapat memberikan ketenangan jiwa yang alami kepada pasangannya. Sehingga tak perlu repot-repot menuntut kesetiaan. Sebab perjuangan cinta sejati bukan mengenai bagaimana kita menemukan seseorang yang sempurna, melainkan bagaimana kita bertahan dalam hubungan dengan segala kelebihan dan kekurangan pasangan kita masing-masing.

So, meminjam judul lagu lama dari Boyzone: baby, can I hold you?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline