Lihat ke Halaman Asli

Mendidik dengan Hati

Diperbarui: 9 Juni 2017   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mendidik anak merupakan kewajiban setiap orangtua kaya maupun miskin, pejabat maupun rakyat. Secara normal manusia lahir dari buah kasing sayang, semenjak prosesi bertemunya antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan diawali dengan ras ketertarikan, cinta dan didalamnya tidak terlepas adanya rasa kasih sayang dan akan terus tumbuh seiring dengan intensinya pertemuan dan kuaitas komunikasi selanjutnya, tentusaja hal ini secara perlahan akan membentuk rasa kasihsayang,

Seorang anak yang dilahirkan , semenjak didalam kandungan penuh dengan belaian kasihsayang ibunya, terlebih - lebih setelah lahir sang bayi akan disambut oleh ayah bundanya, keluarganya yang semuanya ditunjukkan dengan curahan kasihsayang sepenh hati. Sang Ibu dengan ikhlas berjuang dan mengorbankan dirinya mengurus dan melindungi bayinya , tidak peduli harus kurang tidur, bayi meminta ASI tek mengenal waktu, seringnya bayi dimalah hari aktif menete, siang hari tidur.

Ilustrasi di atas sebagai pengikat, betapa agungnya Alloh Swt, menciptakan manusia itu pada awalnya penuh dengan prosesi kasih sayang, tentu saja hal ini menjadi kewajiban bagi manusia , bahwa mendidik anak-anak / manusia pada umumnya harus dilakukan dengan penuh kasihsayang. Namun wujud kasihsayang untuk selanjutnya tidak selalu dalam bentuk belaian/buain melainkan diberikan  disesuaikan dengan perkembangan anak, pengakuan, perhatian, dorongan, pemberian kesempatan.

Mendidik dengan hati dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw kepada putrinya Fatimah; disaat masa kanak-kanak, fatimah diasuhnya dengan sangat penuh kasih sayang, dan setelah besarnya beliau mendidik bagaimana fatimah harus berpakaian menutup aurat, Fatimah dididik agar jangan mencoba-coba mengambil hak orang lain/mencuri, sebab beliau menyampaikan bahwa dalam Islam berlaku hukum qishos, dan beliau menyampaikan bahwa apabila fatimah mencuri, maka Rosululloh  Saw yang akan memotong tangannya. 

Orangtua di rumah mendidik putra-putrinya dengan penuh kasih sayang, wujudnya tidak selamanya memenuhi keinginan anak-anaknya melainkan mendidik bagaimana anak-anaknya mengetahui proses dalam meraih sesuatu yang diinginkan artinya apabila mereka meminta sesuatu, bangunlah komitmen terlebih dahulu agar anak-anak faham dan beri kesempatan mereka untuk bekerja terlebih dahulu (membantu pekerjaan orantuanya), dan barulah dipenuhi permintaannya. Tidak mustahil ketika anak-anak menginginkan sesuatu, orangtua mengajak anad-anaknya untuk terlebih dahulu menabung.

Realita dalam kehidupan sebahagian besar tidak rang tua yang mendidik putra-putrinya, tidak seluruhnya dapat  dilakukan sendiri, sehingga orangtua menitipkan putra putrinya ke lembaga pendidikan / sekolah, semenjak PAUD, Sekolah Dasar, SMP dan seterusnya. Guru-guru mendidik siswa siswi titipan para orangtua, tidak terlepas dari koridor kasihsayang.

Para siswa sekolah bukan untuk sebatas mengikuti berbagai proses pembelajaran namun untuk menemukan dan memiliki sejumlah nilai-nilai kehidupan sehingga terbentuk menjadi karakter masing-masing diri siswa. Karakter para siswa tidak akan tumbh begitu saja tanpa pendididikan yang diterima dari gurunya dengan kasihsayang sepenuh hati. Sebab secara fitrah para siswa / titipan para orangtua akan dapat menilai dan merasakan guru-guru yang mendidik dengan kasih sayang sepenuh hati atau hanya sebatas pelaksanaan tugas.

Apalagi apabila guru mendidik dengan cara instan, siswa dicela, siswa dimaki, siswa dianggap bodoh, siswa tidak didik untuk menghormati orangtuanya di rumah, menghorati kakak-kakaknya, menyayangi adik-adiknya. Hal ini ditindaklanjuti agar siswa menghormati guru-gurunya  di sekolah, menghormati kakak-kakak kelasnya, menyayangi adik-adiknya.

Dengan pendekatan demikian dalam jiwa siswa akan terbangun keseimbangan antara pengetahuan dan keterampilan hasil belajar, dan siswa yang sarat dengan nilai-niliah haqiqi , nilai kehidupan,sikap religinya atau siswa yang beriman, bertaqwa, taat beribadah shtat, shaum,  karakter bercerminkan akhlaqulkarimah sebagai hasil pendidikan. Marilah kita menjadi orangtua yang mendidik dengan kasihsayang sepenuh hati, jadilah guru yang mendidikn dengan sepenuh hati, ingatlah Almarhumah Sang Guru Qolbu, begitu luhurnya kasihsayang almarhumah terhadap anak-anak didiknya, dengan kata lain mendidik dengan sepenuh hati.

Lahirlah anak-anak didik generasi emas. 

Bandung, 9 Mei 2017

Sarip Husein 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline