Sebuah weekend yang kelabu yang membatalkan janji untuk melanjutkan penjelajahan menjejak peradapan Mataram Kuno ke Candi Gedong Songo dan merayakan weekend ke Semarang dengan seorang sahabat akhirnya terobati dengan ngelencer ke Malioboro Mall menghabiskan waktu ke Toko Buku Periplus dan Toko Buku Gramedia..sekian lama mengobrak-abrik rak buku demi buku..sekian waktu duduk tak peduli dengan selonjor akhirnya menemukan sebuah buku yang begitu menyihir tanganku untuk kuraih yaitu Madre.
Judul Buku: Madre; Kumpulan Cerita
Penulis: Dewi Lestari "Dee"
Penerbit: PT. Bentang Pustaka
Tebal: 162 Halaman
Cetakan: Kedua Bulan Agustus 2011
Aku membaca Madre dalam kehangatan malam yang masih menyisakan rintik hujan diluar sana, semua halaman kubaca dan kuhayati hingga melambungkan sebuah ruang imajinatif. Kalimat demi kalimat kubaca dan kuperhatikan. Kecerdasan bagaimana sebuah cerita bertutur menunjukkan Dee seorang penulis wanita yang bisa kukatan brillian. Dee memang bukan Pramoedya, bukan NH. Dini, bukan Romo Mangun, bukan Andrea Hirata,bukan Ahmad Tohari, bukan Sindunata, bukan Ayu Utami, bukan Kuntowojiyo, bukan Linus Suryadi, bukan Umar Kayam, dan bukan sederet novelist lain dimana karya-karya pernah kubaca, kuhayati dan kupikirkan.
Madre adalah kumpulan cerita dari berbagai macam sekuel kisah kehidupan. Editor dari Madre adalah Sitok Srengenge, sang penyair yang ucap sajaknya pernah membiusku dan juga membawaku pada sebuah perenungan yang jauh. Dalam hal ini aku melihat Madre lahir dari orang-orang yang memang punya kualitas dan kompetensi yaitu Dee and Sitok.
Madre adalah kompilasi dari cerpen dan sajak-sajak Dee, baik yang sudah terposting di blog pribadinya maupun yang belum terposting. Terdapat 13 sekuel cerita, yang beragam unsur intrisik maupun ekstrinsiknya. Yang begitu mengagumkan adalah Madre, Have You Ever?, Guruji, 33, Menunggu Layang-Layang dan Barangkali Cinta.
Madre adalah sebuah cerpen yang bertutur dengan bebasnya mempertanyakan hakekat kemerdekaan hidup dan menjejak lorong-lorong sejarah akan kehidupan anak manusia yang akhirnya membentuk mosaik demi mosaik. Dalam setting kisah toko roti kuno, sejarah dan percintaan yang menjadi kisah romantika begitu manis bertutur, hingga mataku dan tanganku tak bisa melepaskan untuk menutupnya dan kemudian terlelap.