Dibuat oleh : Nadia Vatma Sari
Prodi Akuntansi 2C, Universitas Pancasakti Tegal
Di era zaman digital yang berkembang semakin pesat, teknologi merubah bagaimana cara manusia berinteraksi dan cara mendapatkan informasi. Salah satu perkembangan teknologi yang sedang populer saat ini adalah Artifical Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, dimana teknologi AI mampu menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan dan mampu memecahkan masalah. Contoh dari Teknologi AI itu adalah Chatbot, Chatbot adalah sistem yang mengadopsi AI dan mampu berinteraksi dengan manusia melalui teks atau suara. Chatbot juga bertujuan untuk memberikan layanan dan informasi kepada pengguna dengan menggunakan Bahasa alami yang semakin canggih.
Salah satu contoh dari Chatbot AI adalah ChatGPT. Pada november tahun 2022, Open AI meluncurkan aplikasi dari Chatbot AI yang diberi nama ChatGPT. ChatGPT (Generative Pre-training Transformer) adalah chatbot kecerdasan buatan AI yang dikeluarkan Openai yang mampu menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan dari pengguna. ChatGPT sendiri memiliki 2 model yang digunakan yaitu, model GPT 3.5 untuk versi gratis, dan model GPT 4 untuk versi berbayarnya yaitu GPT Plus. Fitur yang ada dalam ChatGPT diantaranya, bisa membuat essai, mengerjakan tugas, mentranslate teks, dan menjawab beberapa pertanyaan yang dapat membantu bagi yang menggunakan.
Dalam dunia pendidikan terutama di perguruan tinggi, teknologi ChatGPT banyak digunakan pada lingkungan mahasiswa, diantaranya untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan dari mereka, dan membantu dalam memecahkan masalah. Penggunaan teknologi ChatGPT pada mahasiswa memiliki beberapa manfaat yaitu mahasiswa dapat belajar secara personal, aksesbilitas terjangkau, membantu dalam mengerjakan tugas. Namun disisi lain, ada beberapa kekurangan dalam penggunaan ChatGPT yaitu kurangnya mahasiswa dalam pemahaman tentang materi, jawaban tidak selalu benar dan akurat. Sehingga, beberapa mahasiswa seringkali melakukan penyalahgunaan dalam penggunaan ChatGPT yaitu sebagai alat bantu mereka untuk mengerjakan tugasnya, dan bahkan dalam membuat tugas akhir atau skripsi. Biasanya dari mahasiswa akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada chatbot ChatGPT, dan kemudian menyalinnya langsung pada tugas mereka, sehingga mahasiswa hanya sedikit mengeluarkan ide untuk mengerjakan tugasnya. Dalam hal ini tentu memicu adanya plagiarisme dalam dunia pendidikan.
Kemudian ada pertanyaan tentang bagaimana jika mahasiswa dalam mengerjakan tugas menggunakan ChatGPT, apakah nilainya terkait tugas akan terjamin? Menurut (Anderson et al., 2023) biasanya tulisan yang dihasilkan oleh AI, seringkali memiliki banyak kesalahan seperti kalimatnya belum berstruktur, kurang lengkap dan akurat. Dalam hal plagiarisme di dunia pendidikan, banyak bermacam -- macam alat untuk pendeteksi AI dimana alat itu mampu mengetahui adanya plagiasrisme. Akan tetapi, alat tersebut masih tergolong memiliki celah dan kekurangan. Sehingga harus diperlukan adanya metode baru untuk alat pendeteksinya.
Penelitian sebelummnya pernah membuat artikel yang seluruhnya dibuat oleh ChatGPT, Dalam artikelnya memiliki kurang lebih 5.830 kata dengan judul tentang "Arifical Intelligence for Education". Artikel buatan ChatGPT itu bersifat koheren, informatif serta akurat. Sehingga dengan ini dapat disimpulakan bahwa kemampuan Chatbot dalam memberikan informasi dan dalam membuat artikel lebih efisien daripada manusia. Proses yang dibutuhkan dalam membuat artikel tersebut hanya membutuhkan waktu 2-3 jam.
Untuk mengetahui lebih detail tentang pengaruh ChatGPT dalam proses pembelajaran, dilakukannya survei dengan 52 responden mahasiswa yang bertujuan untuk mengetahui kualitas proses pembelajarannya dalam menggunakan ChatGPT. Pertanyaan dalam survey itu terbagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama yaitu identitas responden yang mengisi diantaranya jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan. Sedangkan bagian 2 yaitu pertanyaan terkait penggunaan ChatGPT pada mahasiswa.
Berdasarkan hasil survei jenis kelamin responden terdapat 52 jawaban diantaranya, yaitu mayoritas responden perempuan berjumlah 35 mahasiswa (67,3%), sedangkan untuk responden laki-laki hanya 17 mahasiswa (32,7%). Berdasarkan hasil survei umur responden terdapat 52 jawaban diantaranya, responden terbanyak terdiri dari mahasiswa mulai usia 21-25 tahun berjumlah 30 mahasiswa (57,7%), usia 16-20 tahun berjumlah 20 mahasiswa (38,5%) dan <25 tahun berjumlah 2 mahasiswa (3,8%). Berdasarkan hasil survei tingkat pendidikan responden diketahui terdapat 52 jawaban diantaranya, bahwa 86,5% responden berasal dari Sarjana (S1) dan 13,5% responden dari Diploma (D3).
Berdasarkan perhitungan dengan skala likert menunjukkan bahwa responden sering menggunkan ChatGPT dalam kehidupan mereka. Dibuktikan dari hasil pertanyaan responden yang menunjukkan sangat setuju dalam menggunakan ChatGPT pada perkuliahannya, dibuktikan pada interval 90% yang berarti sangat setuju. Selain itu responden juga sangat setuju bahwa ChatGPT mampu memberikan infromasi terbaru sesuai dengan yang mereka butuhkan, juga membantu mereka dalam memecahkan permasalahan. Dengan adanya ChatGPT, responden sangat setuju karena ChatGPT mampu membantu mereka dalam mencari tahu tentang materi untuk bahan pembelajaran dan memberikan informasi dari berbagai sumber. Responden juga sangat setuju karena munculnya ChatGPT membantu menjawab beberapa pertanyaan dalam mengerjakan tugas perkuliahannya. Selain itu juga, responden sangat setuju dengan adanya ChatGPT membantu mereka lebih aktif berkomunikasi dan berdiskusi dalam memberikan pendapat kepada dosen dan mahasiswa lainnya.