Lihat ke Halaman Asli

Memanen (Pahala) di Hari Pertama Puasa

Diperbarui: 11 April 2023   21:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Di antara circle pertemanan zaman Sekolah Dasar, mungkin banyak yang menjadi satu-satunya anak perempuan di antara anak laki-laki. Aku, salah satunya.

Ketiga temanku adalah Idoy, Sansan dan Jeje. Dodi alias Idoy. Perawakannya kurus dan kulitnya putih kemerahan. Dia teman sekelasku.

Sansan adalah panggilan keren untuk Santo --dia merasa begitu-- usianya paling tua di antara kami. Namun, karena dia terlalu aktif bertanya di kelas, guru memberikannya nilai merah di matematika sehingga dia menjadi teman sekelasku juga.

Temanku yang paling sering menjadi juara kelas sekaligus kakak kelas di sekolah adalah Jeje, Jefri nama lengkapnya. Benar, hanya lima huruf, J-E-F-R-I. Aku suka rambut keriting miliknya, dan bulu mata lentiknya membuatku iri.

Aku Hana, yang paling cantik di antara ketiga temanku. Iya dong, aku 'kan perempuan satu-satunya di situ.

Ketika kanal stasiun televisi semalam menyiarkan berita bahwa hilal sudah terlihat, kami berempat bertepuk tangan dan bersorak bersama. Sansan sudah bersiap dengan sarung yang dikalungkan ke bahu lengkap dengan sandal jepit kesayangannya ketika tiba di rumah Idoy untuk melihat berita di televisi tabung 21 inch milik keluarganya. Rumah Idoy adalah markas besar kami karena paling luas, paling nyaman dan paling aman hahaha.

Jeje menepuk bahuku seketika. "Han, bawa mukena nggak?"

Aku mengangguk, dengan jari telunjuk mengarah ke tas rajut buatan tangan berwarna biru kombinasi merah. Tas itu asli bukti cinta Ibu untukku.

"Oke, bagus." Jari tangan Jeje mengacak-acak tatanan rambutku, membuatku otomatis berdecak kesal.

Idoy meraih remote televisi, menekan tombol merah di sana. "Yuk kita ke masjid!"

Kami otomatis mengikuti komando Idoy. Sansan berjalan paling depan sekaligus memberi arahan untuk menepi jika ada sepeda motor atau mobil yang melintasi jalan tanpa aspal yang kami lalui. Kami berempat berjalan teratur di belakang Sansan. Ketika langkahnya terhenti tanpa aba-aba, kaki kami secara otomatis menginjak belakang sandal orang di depan kami. Aku bahkan harus memegangi kening karena membentur bahu Idoy.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline