Episode 8: Rezeki Tak Terduga
Terik di luar ruangan mampu membuat rumput mengering. Debu diterbangkan udara panas yang terus bergerak hingga pendingin di ruangan tak memberikan hawa sejuk sama sekali. Koran di tanganku bergerak naik dan turun beriringan untuk mengalirkan udara sejuk ke wajah.
"Kenapa kau Jul? Masih kuat puasa 'kan?" Sam datang dengan ember dan kain pel.
"Iya, Bang. InsyaAllah. Tapi panas banget ini, Bang." Aku menunjuk seragamku yang basah karena keringat.
"Sabar, Jul. Pahala puasamu bisa dilipatgandakan," katanya.
"Aamiin." Aku mulai merasakan perutku melilit.
"Hari ini mau ikut melipatgandakan uang lagi, nggak?" Dia menaikkan sebelah alisnya.
Aku menggeleng sebagai jawaban. "Maaf, Bang. Aku ada janji."
"Oke lah. Besok pun tak apa lah. Lumayan, omzet naik karena kau ikut kemarin," katanya disertai tawa.
Aku terkekeh. Sam memang pandai mengambil hati.
***