Lihat ke Halaman Asli

Wisno

konsultan finishing

Serabi Kretek, Murah, Nikmat dan Membuat Penasaran

Diperbarui: 6 Juli 2023   21:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

serabi kretek, gambar dari dokumen pribadi

Kue serabi adalah salah satu makanan khas dari Jawa terutama Yogya dan Solo. Makanan ini dibuat dari bahan utama tepung beras, kelapa atau santan dan gula atau garam. Adonan serabi ini dipanggang di atas wajan untuk menjadi matang dan siap disantap. Serabi ini ada beberapa jenis yang masing-masing memiliki kekhasannya sendiri-sendiri. Tiap jenis serabi memiliki rasa, tekstur, bentuk (ukuran) masing-masing. Misalnya serabi Solo yang dikenal sebagai serabi dengan rasa yang manis dan tekstur yang lembut. Atau serabi Ambarawa, dengan ukuran yang lebih kecil dan disajikan dan dimakan dengan santan dan juruh (cairan gula) sebagai pemanis.

Salah satu jenis serabi yang menarik untuk diulas adalah serabi yang dijual di Jalan Parangtritis, tepatnya di desa Kretek, di pinggir jalan sebelah kiri sebelum jembatan Kretek dari dari arah Bantul ke Parangtritis. Serabi Kretek ini mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda dengan serabi dari daerah lain. Serabi ini mempunyai ukuran yang agak besar dengan 2 pilihan rasa, manis dan gurih. Serabi ini memiliki tekstur yang lebih keras dibandingkan dengan serabi Solo atau serabi lainnnya. Serabi Kretek ini memiliki ukuran yang lebih besar dan tidak biasa dijual dengan bentuk digulung, tetapi ditangkep. Satu tangkep serabi adalah 2 keping serabi yang disatukan dengan muka ketemu muka. 

Penjual serabi membawa adonan serabi yaitu: tepung beras, kelapa yang sudah siap dipanggang dari rumah. Adonan ini  kemudian dituang ke dalam layah atau cobek yang dibuat dari tanah liat untuk dipanggang sampai matang di lokasi penjualan. Sebagai sumber panas digunakan api dari kayu kering, hasilnya adalah serabi dengan tekstur yang agak keras, ukuran lebih besar memiliki rasa dan aroma yang khas. 

Serabi ini mempunyai beberapa kelebihan yaitu: aromanya yang khas (kadang-kadang sedikit gosong), rasanya yang enak, ukuran yang lebih besar, alami (tanpa bahan pengawet) dan murah. Serabi ini juga tidak bisa disimpan lama, mesti dimakan pada hari itu juga, untuk mendapatkan kenikmatan rasanya yang maksimal. Serabi ini mungkin bisa disimpan di dalam kulkas tetapi tentu saja akan mengurangi kenikmatan rasanya yang khas. Serabi akan mengeras pada saat dingin dan apabila dipanaskan tidak akan kembali kepada kualitas awalnya. Ciri khas dari makanan "ndesa", yang ngangeni.

Namun untuk bisa menikmati serabi ini seringkali tidak mudah. Butuh perjuangan dan pengorbanan waktu atau sedikit keberuntungan untuk bisa membeli dan menikmati makanan ini.  Saya pernah datang di lokasi sekitar jam 1 dan mencari penjual serabi.  kok tidak ada ya. Saya tanya ke orang yang ada didekat situ: "Bu sing sadean srabi wonten pundi? " (Bu orang yang jual di mana?) Orang itu menjawab: "dereng bikak Pak, mangke jam kalih tindak mriki malih" (belum buka Pak, nanti sekitar jam 2 kesini lagi saja)

Saya pun memutuskan untuk pergi dulu, kebetulan saya ada urusan yang harus saya kerjakan. Pas jam 3 kurang sedikit, saya kembali ke tempat tersebut  Saya cari bakul srabi, masih ada satu orang. Saya mendekat dan bertanya: "Bu, serabine taksih wonten?" (Bu serabinya masih ada) .  "Wah sampun telas Pak, niki pun ajeng wangsul" (wah sudah habis Pak, ini saya sudah mau pulang), jawabnya. 

walah.. .   Jam 1, belum dagang, jam 3, sudah habis

Penjual serabi di lokasi ini sebenarnya ada beberapa orang, tetapi pada prakteknya tidak semua dagang setiap hari. Selalu saja ada kemungkinan ada penjual yang tidak dagang dengan banyak alasan seperti : pergi hajatan, rewang, kerja bakti dll.  Bahkan kemungkinan ada hari dimana tidak ada satupun penjual serabi di lokasi tersebut. Jam buka juga tidak bisa selalu tepat waktu, penjual bisa datang lebih awal, mundur atau bahkan bisa tidak datang. Pokoknya bebas.

Jadi meskipun serabi ini enak dan murah, tetapi untuk bisa mendapatkannya dibutuhkan perjuangan dan juga sedikit keberuntungan. Kalau beruntung ya dapat, kalau tidak beruntung ya tidak boleh terlalu kecewa apalagi marah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline