Gerakan adalah jembatan sekaligus terminal tempat berkumpulnya inspirasi produktif disalurkan yang secara mondial menjadi pendulum hidupnya gerakan politik massa , jika ternyata partai partai tak mampu mendukung wacana bentang kerakyatan , sehingga kesan destruktif terhadap gerakan oleh penguasa dianggap keniscayaan; wacanna gerakan islam terlahir kemabali seperti arjuna setalah keluar dari chandradimuka , semakin egaliter melakukan pernyataan ketidak setujuan kepada kecondongan pemerintah kepada anak zaman yang di asuhnya.
Sosialisasi egaliter yang dimaksudkan adalah dimana unsdur demokrasi dan libelarisasi ekonomi diagung- agungkan tanpa mewadahi kebinekaan , artinya selalu orang lemah tak punya peran menjadi korban kekuasaan, individu individu terpelajar yang semakin kritis yang tidak terkover melalui partai akan memanfaatkan gerakan massa sebagai ladang bercocok tanam pikiran ., walaupun benih benihnya dari aliansi mahasiwa di sebagaian perguruan tinggi yang mempunyai visi yang searah dengan gerkan terseebut ,katakanlah HMI yang menadi ujung tombak gerakan pemuda mahasiswa yang mendukung proses regenerasi hidupnya gerakan massa grass root.
Ecara evolutiv gerakan mahasiswa yang terpelajar dan berpancasila itu ikut meramaikan , menyemarakkan bahkan mendukung diadakannya opposisi gerakan , sebagai wacana tridharma perguruan tinggi dan penerapan percobaan latihan politik, sehingga kumpulan kelompok kelompok itu akan tampak kiprahnya dimasa mendatang, membentuk kesatuan egaliter sebagai pembanding pengingat sejarah pembelajaran dan dekonstruksi kepada program pemerintah jika ditemukan kejanggalan, bukan brarti kesatuan mahasiswa itu menetang negara secara utuh , sama sekali tidak , mereka hanya mengajak semua komponen bangsaq mengetahui disinilah kemampuan seorang presiden diuji kompetensinya.
Dalam gerakan ini dituntut interdependesnsi yang jalas visi dan misinya , kalau interdependensi itu tak nampak maka gerakan akan menjadi pepesan kosong , interdependensi saja tanpa bentuk tak akan melahirkan tokoh , maka proses bargaining antara penguasa dan pimpiman ormas dan gerakan ini harus nyata dan wantah, bila proses bargaining iotu berjalan dengan baik maka tak akan terjadi msalah yang merepotkan baik kepada kepala negara maupun kepala kepolisian , maka lahirnya tokoh sejumlah ormas harus di ajeni oleh kepolisian , begitupun ormas harus menghormati penegakan hukum ytang di canangkan polri, ini proses yang sinergis apalagi bapak jokowi sangat bijaksana meredam konflik masa di bawah; sangat pintar sekali memanajeman konflik keagamaan di teras bawah dengan memelihara silaturrahmi potensi bangsa yaitu tokoh tokoh agama yang dimiliki bangsa , karena poltensi itu adalah ruh gerakan , jika masing masing potensi dapat di akomodir masalah friksi interdependensi dapat di kesampingkan , independensi yangt tinggi adalah toleransi ; sekarang dimana persoalan sudah reda diman gerakan tak lagi dikatakan terlarang , sebagaimana ISIS dan yang dulu dikatakan l ada juga laten PKI , jadi ketakutan masyarakat sekarang adalah kalau dijuluki Teroris , ketika di zaman ordebaru dikatakan PKI orang pasti gemetar kena litsus otomatis susah untuk cari sesuap nasi.
Karena itulah penulis berpendapat sekarang adalah proses gelar pilar demokrasi kedua dimulai , maka bagi fihak fihak yang menunggangi , sebaiknya memang di sinkirkan terlebih dulu, agar tidak memebebani proses dinamika pro demokrasi yang sudah digadang gadang dahulu , pasca reformasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H