Lihat ke Halaman Asli

Sari Widya Astutik

Mahasiswa Ilmu Ekonomi Syariah IPB University

Prinsip Islam dalam Menyelaraskan Distribusi Ekonomi untuk Pembangunan Berkelanjutan

Diperbarui: 11 Maret 2024   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

World Inequality Database

Prinsip agama Islam sebagai agama yang rahmatan lil 'alamin atau rahmat bagi seluruh alam sejalan dengan penerapan pembangunan berkelanjutan (Sustainable development) yang dimana melarang eksploitasi alam secara berlebihan dan selalu memperhatikan nasib serta mutu generasi masa kini maupun penerus di masa depan.

Pembangunan berkelanjutan harus menjadi perhatian semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Hal ini dikarenakan pembangunan berkelanjutan memiliki banyak manfaat, seperti melestarikan lingkungan, menciptakan pemerataan ekonomi dan keadilan sosial, dan lain sebagainya, yang pastinya akan berdampak positif terhadap generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

Pembangunan berkelanjutan tidak akan pernah tercapai tanpa adanya distribusi ekonomi yang adil. Kemiskinan dan ketimpangan bagaikan pedang bermata dua yang sama-sama menjadi penghambat utama tercapainya pembangunan berkelanjutan. Di satu sisi, kemiskinan membuat orang-orang sulit mendapatkan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan layanan dasar lainnya, yang menghambat mereka untuk berkontribusi dalam pembangunan. Di sisi lain, ketimpangan ekonomi menyebabkan sebagian kecil masyarakat kaya memiliki kuasa lebih besar untuk mempengaruhi kebijakan dan praktik ekonomi, yang seringkali mengabaikan kebutuhan kelompok miskin dan berakibat pada eksploitasi sumber daya alam, degradasi lingkungan, dan krisis ekonomi.

Kesenjangan Ekonomi Di Berbagai Negara, Termasuk Indonesia

Kesenjangan ekonomi merupakan sebuah ketidakseimbangan perekonomian antar masyarakat. Dalam buku Ekonomi Pembangunan Islam Sebuah Prinsip, Konsep dan Asas Falsafahnya, Syamsuri (2018:102), pengertian kesenjangan ekonomi adalah terjadinya ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Kesenjangan ekonomi tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di berbagai negara di seluruh dunia. Untuk mengetahui sebesar besar ketimpangan yang terjadi di suatu negara, kita bisa menggunakan rasio gini sebagai alat ukur kesenjangan pendapatan dan kekayaan.

Berdasarkan data yang diambil dari situs World Inequality Database dari tahun 2000-2022 , kita bisa melihat bahwa terdapat adanya ketimpangan dari segi pendapatan di negara-negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Kita bisa melihat nilai rasio gini pada ketiga negara tersebut berada di kisaran rentang antara 0,5 - 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan dari ketiga tersebut yang terbilang tinggi

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Kondisi ketimpangan di Indonesia tidak jauh berbeda dari ketiga negara tersebut.

World Inequality Database 

Berdasarkan data yang diambil dari situs yang sama kita bisa melihat bahwa rasio gini Indonesia dari sisi pendapatan adalah berkisar di rentang 0,5 - 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan dari segi pendapatan negara kita juga masih tergolong tinggi.  Ketimpangan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti kesenjangan pendapatan, akses terbatas terhadap pendidikan dan sumber daya ekonomi, serta kesenjangan sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline