Sinetron "Dari Jendela SMP"
Sinetron "Dari Jendela SMP" merupakan sinetron baru di SCTV yang mulai tayang perdana pada 29 Juni 2020. Sinetron tersebut menceritakan tentang dua anak SMP, Joko dan Wulan, yang sama-sama terkenal pintar dan berprestasi di sekolahnya. Lalu mereka terlibat cinta monyet.
Bagi saya pribadi sinetron tersebut tampak ada kejanggalan, dimana setelah saya membaca novelnya jalan ceritanya tidak sesuai dengan novelnya.
Di dalam novel Wulan diceritakan hamil (betulan), sedangkan di sinetronnya Wulan tidak hamil, tetapi ia mengira dirinya hamil disebabkan karena menggunakan tespek yang sudah kadaluwarsa. Merasa dirinya hamil, Wulan menuntut Joko untuk bertanggung jawab. Ia meminta Joko menikahinya.
Joko pun mau bertanggungjawab karena dia sangat mencintai wulan, tetapi karena dia anak babu dan hidupnya serba kekurangan, ayah Wulan tidak merestui Joko menikah dengan Wulan dan akan mengirimkan Wulan ke Jepang jika mereka tidak putus.
Sinetron "Dari Jendela SMP" akhirnya menuai kontroversi masyarakat, dan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) telah memberi teguran. Sinetron tersebut dianggap mengandung muatan cerita dan visualisasi penceritaan yang tidak sesuai dengan perkembangan psikologis remaja.
Sinetron tersebut menggambarkan adegan dan dialog tentang kehamilan di luar nikah, rencana pernikahan dini, dan keinginan keduanya untuk merawat bayi tersebut setelah melahirkan (sumber).
Sinetron tersebut menurut saya terlalu berlarut-larut dimana ayah Wulan berjuang sekali untuk memisahkan Wulan dari Joko, tampak jelas ayah Wulan sangat membenci Joko.
Bukan karena Joko tidak mau bertanggung jawab, Joko sangat ingin bertanggung jawab, tetapi ayah Wulan terlalu mencemaskan masa depan Wulan jika menikah dengan Joko yang miskin dan anak babu itu.
Bagi saya pribadi tidak ada nilai edukasi yang bisa diambil dari sinetron tersebut. Kenapa? Karena jelas-jelas tidak ada yang hamil, hanya salah paham. Dan tidak masuk akal menurut saya ketika Wulan menyadari roknya ada darahnya (yang berarti dia haid, yang berarti dia tidak hamil), tapi anehnya dia menganggap dirinya pendarahan, dan andaikata memang benar dia pendarahan, kenapa dia tidak bilang sama orang tuanya.
Kenapa dia tidak mengajak ibunya untuk memeriksakan kandungannya. Dia malah merasa tidak apa-apa. Padahal orang haid jelas bukan hanya sehari, tapi 7 hari, bahkan kadang lebih.