Lihat ke Halaman Asli

Erni Lubis

TERVERIFIKASI

Pengajar dan pembelar

Mari Mengedepankan Etika sebagai Penumpang

Diperbarui: 16 November 2019   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

merdeka.com

Saat ini bus trans telah menjadi alat transportasi yang digemari masyarakat, disamping karena tarifnya yang jauh-dekat sama saja, juga karena dianggap lebih aman. 

Sebagai masyarakat pengguna bus, saya telah mencoba bus transjakarta, bus transjogja, dan bus batik solo trans (BST). Untuk pengalaman naik bus transjogja, tidak ingin terlalu saya sorot menjadi bahan pembicaraan. 

Saya lebih tertarik untuk membahas pengalaman saya naik bus transjakarta dan bus batik solo trans. Namun pada intinya, sebenarnya etika penumpang bus trans baik Jakarta, Yogyakarta, maupun Surakarta (Solo) tidak ada yang berbeda.

Di dinding kaca bus trans terdapat empat buah gambar yang menunjukkan kursi untuk di prioritaskan kepada pertama lanjut usia (lansia), kedua wanita hamil, ketiga kendala fisik, dan keempat membawa balita.

secemerlangpagi.wordpress.com

Selain gambar kursi prioritas, juga terdapat gambar mengenai peraturan yang tidak boleh dilakukan di dalam bus trans diantaranya yaitu merokok, membuang sampah sembarangan, dan mengganggu orang lain, seperti gambar di bawah ini.

gstatic.com/

Selain yang ada di gambar, ada lagi yang tidak boleh dilakukan, yaitu makan dan minum di dalam bus. Kenapa kita tidak boleh makan dan minum di dalam bus? karena beresiko tumpah di dalam bus. 

Kakakku bercerita bahwa pernah ada seorang penumpang yang makan popcorn di dalam bus, kemudian di tegur oleh kondektur bus agar tidak makan dan minum di dalam bus. 

Sewaktu mau di masukkan ke dalam tas, popcorn yang dimakan malah tumpah. Tentu saja jika sudah tumpah begitu akan merepotkan penumpang lain, dan kondekturpun juga harus membersihkannya. Makanya ada saran, sebelum naik bus, lebih baik kita makan atau minum dulu, minimal di halte bus.

Tulisan ini sebenarnya terinspirasi dari kejadian tadi siang sewaktu saya pulang dari suatu tempat menggunakan BST. Saya naik BST dari halte BST Kotabarat menuju halte BST Pabelan. 

Situasi penumpang lumayan penuh, ada beberapa yang berdiri. Sayapun sebelum bayar juga ikut berdiri. Kemudian setelah bayar, diberi tahu mbak kondektur bahwa dibelakang ada kursi kosong. 

Saya pun berjalan menempati kursi kosong bagian belakang. Ada mahasiswi (karena turun di halte Universitas Muhammadiyah Surakarta maka anggap saja dia mahasiswi) yang tidak duduk sedari tadi padahal setelah sampai di halte Kerten banyak kursi yang kosong. Mbak kondekturpun tidak menegur dia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline