Lihat ke Halaman Asli

Lipur_Sarie

Ibu rumah tangga yang mencintai alam

Teman Bukan Toxic

Diperbarui: 5 November 2024   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gb. 1 Empat jenis racikan pengawet jarik tulis sebelum dicuci (sumber foto koleksi pribadi)

Apa kabar Kompasianer semua ??? Pada artikel saya kali ini, saya akan bercerita tentang pertemanan dengan salah satu pegawai museum tertua di kota Solo yang masih termasuk baru. Pertemanan itu berawal ketika pada tanggal 10 Oktober 2023 saya berkunjung ke museum Radya Pustaka karena ingin mencari referensi atau sumber informasi tentang beberapa hal. Tentang jamu-jamu tradisional dan jenis-jenis perhiasan jaman dahulu.

 Saya sampai di museum masih pagi. Kira-kira jam 09.00 wib. Meski museum sudah buka namun masih sepi. Saya adalah pengunjung pertama. Tampilan Radya Pustaka sangat berbeda. Lebih terang, bersih, tertata dan terawat. "Aura" museum-pun saya rasakan ketika saya berada di ruang pamer keris sampai pada tepat dimana Rajamala disimpan.

Berhubung dari awal datang saya tidak menemui buku-buku, maka saya bertanya kepada salah seorang pegawai laki-laki yang masih tergolong muda disana. Olehnya saya arahkan menuju ruang yang agak ke dalam dan menemui Mbak Yanti, perempuan berkaos kuning. Saya pun menuju kesana dan sesampainya disana ada perempuan bertubuh kecil di depan PC. Sayapun bertanya, apakah beliau adalah Mbak Yanti. Dan ternyata benar. Sayapun kemudian mengutarakan maksud kedatangan saya. Dengan cepat Mbak Yantipun mencarikan buku-buku yang saya perlukan. 

Sayapun kemudian mencatat bagian-bagian dari buku tersebut dalam laptop saya. Setelah semua saya rasa cukup, saya pamit dan mengucapkan terima kasih. Diantara waktu saya mencatat, sesekali kami berbincang tentang Radya Pustaka waktu lalu. Sebelum saya pulang, saya minta nomer WA-nya. Siapa tahu suatu ketika perlu kesana lagi dan Mbak Yantipun dengan senang hati memberikan nomer WA-nya.

Obrolan dan perbincangan kami berlanjut, saling komen dari story WA. Sayapun jadi lebih sering ke Radya Pustaka ketika disana ada kegiatan. Dari obrolan WA, kamipun akhirnya bertemu lagi diluar jam kerja. Ternyata...banyak kesamaan diantara kami. Dari olahraga, karakter, bahkan sampai pada isi tas. Aneh, lucu tapi nyata. Obrolan kamipun nyambung.

Gb. 2 Proses racikan setelah dicuci, setelah kering dipilah-pilah dan salah satu contoh hasil jadinya (ft.koleksi pribadi)

Belum lama, tepatnya saat hari ulang tahun Radya Pustaka ke-134 yang bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda yaitu tanggal 28 Oktober, saya ke Radya Pustaka lagi. Karena ada undangan. Sesampai disana, sayapun diantar untuk melihat apa-apa saja yang dipamerkan disana dan cerita sejarah dibaliknya.

Diantara obrolan kami, entah kenapa tiba-tiba saya bercerita kalau salah satu jarik tulis alm Bapak saya yang sedang saya wiru (seni melipat kain jarik dengan ukuran dan arah motif tertentu) untuk tugas among tamu ternyata ada bagian yang bolong-bolong kecil. Otomatis kegiatan miru saya hentikan, jarik tidak saya pakai dan sayapun ganti wiru jarik lainnya. Sedih dan sayang sekali. Melihat jarik tulis lawas, bisa jadi usianya lebih tua dibanding usia saya dengan kondisi seperti itu. Apakah bolong-bolong itu karena usia, atau karena ngenat dan sejenisnya kurang tahu. Karena selama ini perawatan yang saya lakukan hanya menggunakan kapur barus.

Gb 3 Jarik tulis motif Kawung Solo yang bolong-bolong (ft.koleksi pribadi)

Mbak Yanti dengan cepat memberikan tips untuk mengawetkan jarik tulis dengan bahan alami. Yaitu merica, cengkeh, kayu manis dan kayu gaharu. Betapa senangnya saya mendapatkan ilmu baru yang begitu bermanfaat. Seketika sayapun bertanya, dimana saya bisa membeli kayu gaharu. Karena diantara racikan alami itu yang paling asing adalah kayu gaharu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline