Lihat ke Halaman Asli

Sarido Purba

Awardee LPDP RI

Sistem Penyuluhan Pertanian Pedesaan pada Penduduk Berpendapatan Rendah

Diperbarui: 10 September 2024   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah Pascasarja UGM

Wilayah pedesaan merupakan tempat yang kaya akan sumber daya alam agraris dan dapat diperbaharui, khususnya dibidang pertanian yang setiap hari digerakkan oleh  masyarakat  petani. Petani memiliki keunikan dan kemampuan sendiri dalam aktivitas bercocok tanam dibidang agraris pada wilayah lokal pedesaan. Penduduk pedesaan umumnya membudidayakan tanaman pangan sebagai kebutuhan pokok keluarga seperti padi, jagung, singkong.  Tanaman tersebut merupakan sumber utama pangan bagi masyarakat petani di pedesaan.

Masyarakat pedesaan yang telah bergerak sebagai petani dalam kurun waktu yang lama atau puluhan tahun tentu tidak boleh diremehkan kemampuannya. Baik kemampuan dalam menghasilkan panen yang melimpah karena tingkat kesuburan tanah diwilayah pedesaan yang sangat menjanjikan serta kemampuan beradaptasi dengan lingkungan setempat. Hal inilah yang menjadi keunikan dan kemampuan yang dimiliki oleh petani dalam budidaya agraris dibidang pangan.

Kemampuan petani dalam produksi hasil bumi dibidang pertanian yang memadai, artinya petani telah berdaya dalam mengelola dan menggerakkan sektor pertanian diwilayah pedesaan. Kemampuan petani untuk menghasilkan panen yang berkualitas, akan tetapi hasil panen yang tinggi tersebut tidak dapat terserap oleh pasar tentu melahirkan masalah tersendiri karena tidak dapat diserap pasar.

Berangkat dari masalah atau fenomena di atas sangat dibutuhkan indentifikasi untuk dianalisis kira-kira apa yang dibutuhkan untuk merumuskan masalah yang tumbuh kepermukaan. Dalam bidang pertanian ada tiga unsur yang menjadi sistem satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan yaitu produksi, pengelolaan dan distribusi. Dalam sektor pertanian diwilayah pedesaan sitem tersebut belum mampu diterapkan khususnya pada bidang distribusi. Sehingga membutuhkan inovasi dan edukasi dalam menginplementasikan sistem tersebut.

Masyarakat petani saat ini merupakan orang yang bergerak dibidang pertanian kecil sehingga belum mampu menerapkan akses pasar dalam skala besar.

Dalam keterbatasan daya petani dibutuhkan kemampuan dari luar diri mereka berupa sinergi. Kerja sama dari berbagai elemen/pihak, baik lembaga pemerintah, penyuluh atau aktor yang memiliki kemampuan mendampingi untuk bersinergi menggerakkan sistem pertanian tersebut untuk saling melengkapi. Salah satunya adalah penyuluh pertanian dalam memdampingi dan memberi literasi, edukasi dan inovasi pemasaran dari produk-produk  yang dihasilkan oleh petani.

Davis dkk (2021) penyuluhan pertanian memberikan hubungan penting antara inovasi dan penemuan pertanian dengan perbaikan jangka panjang dalam skala besar, ketika petani dan pelaku ekonomi pedesaan lainnya belajar, beradaptasi, dan berinovasi dengan teknologi dan praktik baru. Namun, kurangnya kapasitas dan kinerja penyuluhan pertanian di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah masih menjadi kekhawatiran. Merancang dan melaksanakan penyediaan penyuluhan yang efektif merupakan hal yang rumit, dan upaya untuk memperkuat layanan penyuluhan sering kali terjebak dalam penerapan pendekatan cetak biru praktik terbaik yang tidak disesuaikan dengan kondisi lokal.

Penyuluhan pertanian dibidang pemasaran yang disosialisasikan penyuluh pertanian tidak semua berhasil karena beberapa factor seperti value, dan budaya lokal yang masih kental, dan kurangnya kemampuan atau kapasitas penyuluh yang tidak bisa beradaptasi dengan kondisi atau karakteristik lokal. Pada kondisi seperti ini sangat diperlukan sinergi untuk mendukung sistem satu sama lainnya. Baik dari petani, penyuluh, kelembagaan menurut Birner dkk., (2009) dikutip dalam Davis dkk., (2021) penyuluhan menggambarkan pilihan kelembagaan untuk menyusun, mengatur, dan membiayai penyediaan layanan kepada petani dan pengguna akhir lainnya serta mengevaluasi dampaknya.

Kendala serta tantangan yang dihadapi dalam mendukung sistem pertanian oleh masyarakat pedesaan saat ini adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam beradaptasi dengan teknologi dan media baru masa kini. Menurut Mishra (2018) dikutip dalam Mesfin dkk (2022) memahami faktor-faktor di balik rendahnya penyerapan teknologi pertanian menemukan bahwa hambatan utama adalah kendala likuiditas dan kurangnya akses terhadap kredit, kurangnya informasi dan pengetahuan tentang teknologi baru, serta risiko dan ketidakpastian dalam mencoba metode baru. Sejalan menurut Kalaba (2023) kegagalan dalam mengembangkan solusi di sektor pertanian untuk tantangan saat ini dan masa depan  seperti digitalisasi, dekarbonisasi.

ANALISIS 

Sistem penyuluhan dan pembangunan dibidang pertanian wilayah pedesaan yang berpendapatan rendah memiliki tiga elemen yakni produksi, pengelolaan dan distribusi. Produksi hasil pertanian dimobilisasi oleh masyarakat  desa yang telah memiliki kerampilan dalam menghasilkan panen yang tinggi. Hasil panen yang tinggi adalah perpaduan pengetahuan dan pengalaman petani dalam budidaya agraris dibidang pangan terutama pelosok desa di berbagai daerah Indonesia dengan tingkat kesuburan tanah, cuaca, serta iklim yang sangat mendukung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline