Anabelle, siapa yang tidak kenal dengan anabelle, debutnya diawali dari film horror besutan sutradara James Wan, "the conjuring" tahun 2013, yang menjadi box office dengan meraih penghasilan 319 miliar dollar di seluruh dunia. Sejak itu nama anabelle menjadi populer. Anabelle, boneka perempuan berponi, rambut pirangnya panjang dikepang, bergaun putih, bersepatu hitam, wajahnya bulat, matanya membelalak, senyumnya yang menyeringai aneh cukup membuat boneka ini menjadi boneka terseram dan menakutkan.
Kira-kira dua minggu yang lalu, tanggal 14 februari 2018, dua minggu yang lalu, saya melihatnya lagi, kali ini bukan boneka, tetapi manusia, dia perempuan, umurnya kira-kira 30 tahunan, tingginya sekitar 130 cm, cukup pendek, dibandingkan manusia pada umumnya, berkulit gelap, berbicara dengan bahasa jawa yang medok, dan memiliki wajah tidak bisa dibilang rupawan. Mungkin karena itu dia di beri nama Anabelle. Di acara tersebut, dia digunakan sebagai alat untuk membuat komedi slapstick dan sarkasme.
Anehnya setiap penonton tertawa, si mba anabelle ini, seperti menikmati, bahkan ketika si host dengan mudahnya menyentuh, memeluk, menarik, dan membawanya kesana kemari layaknya boneka yang bisa dimainkan seenaknya.
Usut punya usut, dia adalah penonton bayaran, yang karena perbedaan wajah dan fisiknya yang mencolok, dia direkrut, untuk menaikkan rating acara dan sepertinya trik ini berhasil. Dilihat dari seringnya anabelle dimunculkan dalam acara, dan hingar bingarnya kebahagiaan penonton ketika si host membully si anabelle.
Ada rasa geram, kesal, marah, ketika sessi mba anabelle muncul, menjadi bulan bulanan si host, mereka terbahak - bahak menertawakan anabelle, yang sepertinya hanya bisa pasrah. Di sini tak ada lagi harga diri, yang ada hanya bagaimana bertahan hidup.
#Kisah part 3
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI