Indonesia adalah negara peringkat kedua penghasil sampah plastik terbanyak di dunia. Keseharian masyarakat kita akrab dengan plastik seperti berbelanja, membungkus barang hingga kemasan makanan menggunakan plastik. Plastik menjadi barang sehari-hari yang menjadi sampah rutin rumah tangga.
Selain penghasil sampah plastik, Indonesia tercatat juga menghasilkan sampah yang tinggi. Data hasil publikasi Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK, dikutip dari indopos.com) menyatakan bahwa rata-rata jumlah sampah yang dihasilkan per hari mencapai 175.000 ton yang jika dikalkulasikan per tahunnya sebesar 64 juta ton.
Angka yang sangat fantastis. Jika kita andaikan itu adalah hasil pertanian, jumlah itu akan melebihi hasil panen padi per tahun di Indonesia yang hanya mencapai 54,6 juta ton gabah (sumber: bps.id). Artinya kita negara kita menghasilkan lebih banyak sampah dari pada sumber makanan utama. Menarik sekali.
Hal yang lebih menarik lagi adalah, bahwa dari sekian besar sampah yang dihasilkan di negara kita, 13 juta ton di antaranya adalah sisa makanan. Perilaku masyarakat kita yang suka menyisakan makanan tentu menjadi salah satu penyebab banyaknya sampah sisa makanan.
Saya penasaran lagi dengan jumlah penduduk miskin di Indonesia, data yang saya peroleh adalah pada bulan Maret 2019, jumlah penduduk miskin di Indonesia berjumlah 25,14 juta jiwa(sumber BPS, dikutip dari kompas.com).
Sekarang mari kita tarik garis merah antara sampah makanan dengan jumlah penduduk miskin di Indonesia. Jika jumlah sampah sisa makanan (13 juta ton) dibagi dengan jumlah penduduk miskin (25,14 juta jiwa) maka akan diperoleh hasil 517,1 kg per tahun.
Artinya jika saja sampah sisa makanan itu kita jadikan bahan makanan, maka satu orang penduduk miskin mendapat 517,1 kg bahan makanan dalam setahun.
Sebentar, apa kaitannya? Begini, jika saja kita bisa menekan jumlah sampah sisa makanan atau mengubahnya menjadi dana yang dapat kita gunakan untuk membantu penduduk miskin di Indonesia, maka kita bisa menghasilkan 517,1 kg bahan makanan yang dapat diberikan kepada mereka.
Dalam sebulan, kami bisa menghabiskan sekitar 20 kg beras untuk keperluan konsumsi keluarga dalam keadaan normal. Berarti dalam setahun konsumsi beras kami sekitar 240 kg, untuk satu keluarga. Bandingkan dengan hasil perhitungan di atas tadi. 517,1 kg sudah melebihi 2 kali lipat konsumsi beras per tahun kami (240 kg).
Artinya jika sampah sisa makanan yang kita hasilkan per tahun bisa kita tekan, kita ubah menjadi bantuan bagi keluarga miskin, maka dengan menghemat kita dapat menyelamatkan kebutuhan beras lebih dari dua keluarga dalam setahun. Saya ulangi, setiap orang dapat menyelamatkan kebutuhan beras dua keluarga dalam setahun. Luar biasa.
Membuang Rp 27 triliun setiap hari
Berdasarkan data BPS yang dikutip dari brilio.net, Indonesia mengimpor limbah sisa makanan untuk keperluan seperti pakan ternak yang jika dirupiahkan nilainya mencapai 27 triliun rupiah.