Hari ini, 1 Juni 2020, kita memperingati hari lahir Pancasila dan sebagaimana biasanya, peringatan hari besar nasional diperingati dengan upacara kenegaraan. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini upacara dilaksanakan secara virtual mengingat PSBB masih diberlakukan.
Dalam upacara virtual itu, tampak presiden, wakil presiden, ketua MPR RI, Ketua DPR RI, menteri dan sejumlah pejabat negara lainnya mengikuti upacara bendera dari tempat yang berbeda namun disatukan oleh live streaming. Presiden dan pejabat yang hadir menggunakan masker dan menerapkan social distancing. Upacara berjalan lancar dan dengan suasana hikmad. Bedanya, kali ini tidak ada pasukan yang berbaris, tidak ada keramaian.
Apartur Sipil Negara (ASN) hari ini diminta mengikuti upacara secara virtual, menghadap layar televisi dan mengikuti jalannya upacara dengan hikmad. Beberapa pimpinan satuan unit kerja ada yang memerintahkan jajarannya untuk mengikuti upacara virtual bersama, ada juga yang mengikutinya dari rumah.
Sudah hal lumrah dalam urusan kegiatan ASN, harus berfoto menunjukkan bukti telah mengikuti upacara. Dan bukan Indonesia namanya kalau tak dibagikan lewat media sosial masing-masing. Maka ramailah media sosial dengan foto ASN mengikuti upacara virtual.
Bukan fotonya yang ingin saya bahas, namun bagaimana ASN mengomentarinya. Dari beberapa yang senang, menganggap ini hal biasa saja dan sudah tentu ada yang berkomentar negatif.
Menganggap Pencitraan
Saya kurang mengerti maksudnya, berfoto saat mengikuti upacara virtual dengan pencitraan. Siapa yang pencitraan? Yang sedang berfoto sambil mengikuti upacara virtual sepertinya. Ya, saya rasa pencitraan bagi diri sendiri.
Mari berandai-andai yang dimaksud pencitraan di sini adalah pemerintah, dalam hal ini mungkin maksudnya adalah presiden. Apakah perintah foto diri saat mengikuti upacara virtual itu dari presiden? Atau apakah upacara yang diselenggarakan itu sendiri yang dianggap sebagai pencitraan? Bukankah sudah seharusnya negara melaksanakan upacara, namun dengan situasi yang tidak baik untuk berkerumun sehingga pemerintah memilih melaksanakan upacara secara virtual?
Mungkin ASN nya sendiri sedang pencitraan kepada atasannya. Mencitrakan dirinya aparatur negara yang baik, mengikuti upacara kenegaraan dengan hikmad dan patuh pada atasannya. Ya, barangkali itu.
Yang mana dari keduanya? Entahlah, saya pun tak begitu tahu. Yang pasti ada ASN yang menganggap upacara virtual ini sebagai momen untuk melakukan pencitraan.
Hanya foto lalu bubar