Lihat ke Halaman Asli

Sari Agustia

IRT, Penulis lepas

Jika Cinta pada Keluarga, Katakan Saja!

Diperbarui: 9 Februari 2022   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mau ke mana pun pergi, tempat pulang itu di mana keluarga berada. (ilustrasi pribadi)

Cinta pada sang kekasih mudah diucap, sedangkan cinta pada keluarga seringnya lupa diungkap. 

Anda suka lupa pada orang terdekat di rumah? Lupa untuk bertanya bagaimana kabar mereka; abai empati pada perasaannya; perhatian penuh hanya pada media sosial; merasa tak perlu dekat dengan mereka karena toh, sudah ada di sini untuk Anda. Problematika keluarga yang sering terjadi. Jangan-jangan terjadi di keluarga saya dan Anda!

Kalau Anda belum berkeluarga, saya yakin ibu atau ayah Anda sampai saat ini masih suka risau kalau anaknya pulang dini hari. Kalau Anda sudah berkeluarga, coba tengok berapa lama anak Anda main games online hari ini atau sudah mandi apa belum pasangan Anda karena sibuk bekerja. Mungkin kebanyakan kita tahu kabar teman jauh di media sosial daripada orang di rumah.

Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis kesan saya ketika menonton film Pertaruhan, atau At Stake dalam bahasa Inggris, ini. Saya sendiri tak sadar ada film ini padahal tertulis sudah diproduksi sejak tahun 2017. Kisahnya didominasi sudut pandang hubungan keluarga: hubungan ayah yang single father, serta kakak beradik piatu. Selesai menontonnya saya dibuatnya terpaku.


Saya terenyuh menonton film ini. Bukan hanya karena keempat kakak beradiknya macho dan ganteng, tetapi memang situasinya realistis banget. Saya yakin keadaan mereka itu banyak ditemui, tentunya dengan lika-liku masalah yang berbeda. Namun, hasil akhirnya akan sama, yaitu kehancuran dan penyesalan. 

Dan saya tidak mau jadi salah satunya.

Lalu apa kira-kira yang akan Anda rasakan setelah menonton film ini? 

Kalau mengharap sebuah kisah yang ideal dan harmonis, udah pasti bukan di film ini. Namun, di akhir kisahnya, saya justru jadi tersadar bahwa saya kurang terbuka, gengsi, atau suka lupa tunjukkan sayang pada keluarga.

Wajar sih, kalau film ini memang bukan ideal. Latar belakang tokohnya saja sudah orang tua tunggal dengan empat anak, lelaki semua. Menjadi orang tua tunggal tidak pernah mudah. Tentu saja! Bagaimana bisa menjalankan dua peran ayah dan ibu sekaligus jadi gampang? Apalagi kalau finasial pas-pasan. Sudah begitu, tokohnya juga bapak yang watak keras dan kaku. Semua anaknya yang sebenarnya baik jadi tidak bisa komunikasi dan memilih jalan hidup sendiri semaunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline