Lihat ke Halaman Asli

Sari Aryanto

fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Aku Bangga Jadi Perempuan Jawa

Diperbarui: 10 Desember 2019   15:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hidup sebagai perempuan Jawa, lengkap dengan aturan tertulis dan tak tertulis bukan satu hal yang mudah. Dewasa ini ajaran leluhur banyak yang tidak diterapkan dalam keseharian perempuan Jawa. Hampir tidak ada lagi perempuan Jawa yang melakukan ritual adat kejawen sebagai penanda sebuah proses. Misalnya, bancaan pertama kali haid, atau hal paling sederhana minum jamu untuk kesehatan, baik luar atau dalam tubuh.

Perempuan dalam filosofi Jawa mempunyai kedudukan yang diagungkan sesuai dengan penyebutannya.

  • Perempuan disebut wadon, yang memiliki arti wewadi atau rahasia. Dengan harapan perempuan dapat menyimpan rahasia, sebagai pengejawantahan sikap mikul dhuwur mendhem jero, yaitu menjaga kehormatan pribadi dan keluarga.
  • Disebut juga pawestri yang berasal dari kata pametri wewadining babahan katri (berusaha menjaga rahasia lubang ketiga). Hal ini berkaitan dengan filosofi dengan hawa sanga dalam budaya Jawa. Perempuan diharapkan dapat menjaga tubuhnya dengan baik.
  • Dalam konsep Jawa dinyatakan sira den bisa angadi-adining lair batinira, karana paraning parasdya manuhara. Perempuan sebagai wanodya dianjurkan untuk menjaga kecantikan lahir mau pun batin.
  • Selain itu, perempuan diumpamakan sebagai retna atau permata. Sesuai dengan pepatah intoning nala den disa maweh suka pirenaning priyanira, sarana gebyaring wadana, semehing naya. Artinya, perempuan adalah perhiasan bagi suami dan keluarganya, jadi
  • Perempuan disamakan dengan kusuma atau bunga, sehinggan yang keluar dari hidupnya adalah keindahan. Baik tutur kata mau pun perilaku.
  • Perempuan adalah juwita, yang mengandung makna berhati-hati. Jadi perempuan diharapkan selalu berhati-hati dalam bersikap.
  • Dayita. Dalam ungkapan Jawa dayita berarti kekasih yang menyenangkan. Perempuan Jawa diharapkan menjadi sosok tempat pulang bagi orang-orang di sekitarnya.

Menjadi perempuan Jawa, memang dituntut dengan ekspetasi yang tinggi. Karena perempuan Jawa adalah saka guru bagi rumah tangganya. Karenanya perempuan disebut pula wanita, wani tapa. Berarti berani bertapa, berani menderita. Salah satu contoh nyata, perempuan berani menanggung beban kehamilan sembilan bulan lamanya dengan segala konsekuensinya. Masih minder jadi perempuan? Jangan dong!

                                   

#poeds 101219

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline