Lihat ke Halaman Asli

Sari Aryanto

fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

[KSA] Kisah Merah Jambu

Diperbarui: 13 Juli 2019   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://twitter.com/KingPurwa/ 

Aku terdiam di sudut kiri lemari kayu. Tak terjamah, tanpa pernah dilirik. Hanya sekali-sekali nyonya  memungut tubuhku, melingkarkan pada luas dadanya.

"Kutang kok ra ana sing penak dinggo!" gerutunya.

"Bukan salahku, Nyonya! Salahkan lemak yang menggumpal pada setiap lekuk tubuhmu," bisikku.

Nyonya Sari memang bertubuh gempal, ukuranku tak kan mampu menahan besaran susu yang dia bawa. Jangankan aku yang terbilang tiga puluh delapan, saudara tua empat puluh dua pun tak sanggup.

Aku hanya alat untuk melampiaskan kekesalannya saja. Mengenakanku bukan untuk mematut diri, tapi agar tak terlihat terlalu seksi.

Apa salahku jika kemudian Roni mengenakanku?

 Mengapa nyonya mencabik bagai singa menahan birahi?

"Dasar lelaki ganteng presto, tulang lunak! Nggak sekalian cawatku kau pakai?" makinya pada lelaki yang punya senyum semanis pare.

Aku hanyalah kutang berwarna merah jambu, yang ternoda di antara perempuan wagu dan lelaki ambigu.

120719

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline