Lihat ke Halaman Asli

Sari Aryanto

fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Srikandhi Mencari Cinta [Part 4]

Diperbarui: 18 Mei 2019   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://gizmodo.com 

Abeb menggerutu panjang pendek, mulutnya komat-kamit sepanjang jalan menuju Reksoniten. Sesampai di rumah Pak Nanang pengrajin blangkon, segera pemuda itu memasukkan blangkon-blangkon ke dalam bagasi, sementara Yani menyelesaikan pembayaran.

"Habis ini kita ke Gentan dulu ya, Beb! ambil batik di rumah Mas Moordowo lalu mampir Laweyan ke rumah Mas Jayeng ngecek beskab dan dodot yang akan dipakai nanti, selanjutnya mampir sebentar ke selat Mbak Lies di Tipes, katanya Bapak ada tamu penting hari ini "

''Lah...!  muterin Solo ini ceritanya?"

"Iya, Beb...,  Bapak tadi mendadak bilang ada tamu penting, minta kita siapkan semuanya. Ba'da Ashar tamunya datang, ayo cepetan ini sudah jam setengah dua lho!"

Abeb mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, beruntung hari ini bukan hari libur, sehingga lalu lintas tidak terlalu padat. Kedua kakak beradik itu banyak berbincang tentang berbagai hal sepanjang jalan, hingga sampai di rumah kembali tepat jam empat sore.

Saat akan memasukkan mobil ke halaman, di dalam sudah terparkir sebuah mobil kecil berwarna hitam. Abeb memutuskan memarkir mobil di pinggir jalan Tamtaman, dan berharap tidak ada kereta kuda hias yang nyrempet seperti beberapa waktu berselang.

Di taman, Sekar putri Yani tampak bermain pasar-pasaran dengan anak lelaki seusianya. Anak itu mirip sekali dengan Abeb waktu seusia itu, rambutnya yang ikal, matanya yang besar dan hidung mancung berbeda dengan kelima kakaknya. Yani dan Abeb saling berpandangan, tanpa suara mereka saling mempertanyakan siapa anak itu? Secara bersamaan mereka menggedikkan bahu masing-masing, kemudian masuk ke dalam rumah.

Di ruang dalam, Pak Rekso duduk di kursi yang melingkari meja makan. Asbak di sebelah kanan penuh dengan puntung rokok, sesuatu yang sudah dihindari Pak Rekso sejak Yani menikah.

"Bapak merokok lagi?" tegur Yani lembut.

"Oh, kalian sudah datang? sini duduk bareng Bapak! ada hal penting yang Bapak akan bicarakan pada kalian berdua!" perintah Pak Rekso pada kedua anaknya.

Yani dan Abeb duduk bersebelahan di hadapan Pak Rekso. Bungkusan selat yang dibeli.dari warung Mbak Lies diletakkan di atas meja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline