Lihat ke Halaman Asli

Sari Aryanto

fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Warkop Mak Semprul, Hari Kebobolan Nasional

Diperbarui: 12 Desember 2018   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dari semalam Bang Toyib dah manyun aja. Bibirnya mirip ikan mas koki, jadi pengen pasangin pita hellokiti jadinya. Nggak ngerti sih, mungkin ada masalah di kafe tempat dia ngamen selama ini. Waduh, jangan-jangan Si Abang putus kontrak nih? Harus makin kenceng ngekepin dompet biar nggak bolong.

Pagi ini, tumben-tumbenan juga Abang sudah bangun. Pake mandi lagi. Yang mengherankan Bang Toyib bikin kopi sendiri, malah bantuin eyke buka warung yang udah sebulan disarangin laba-laba, saking nggak pernah buka.

Melihat Paksu alias Pak Suami bertingkah aneh bin ajaib, penasaran dong eyke.

"Ayah kesambet apaan, sih? Dari semalem manyun terus pagi-paginya buka warung?"

"Lagi antisipasi aja, Hun!" jawabnya singkat.

Eyke lagi-lagi dibuat senapsaran dengan tingkah lelaki bertatto yang dua tahun lalu sah jadi laki eyke itu.

"Emang mau ada apaan sih, Yah?"

"Udah diem aja di rumah jangan pegang henpon apalagi buka laptop! trus siniin kartu debet sama kartu kreditnya!" perintah Bang Toyib sembari ngelap meja yang debunya bisa buat nanem kedelai.

"Kok gitu? buat apaan?"

"Lah, kan hari ini Harbolnas. Kalau aku nggak antisipasi bisa kebobolan domoet kita nanti, Hunny Bunny!" sahutnya cuek.

Tawaku meledak seketika, bukan mau meledek Paksu yang lagi berusaha mengetatkan ikat pinggang, tapi karena kekhawatirannya nggak masuk akal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline