Lihat ke Halaman Asli

Sari Aryanto

fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Symphony Tanpa Melody

Diperbarui: 8 November 2016   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pic lens

Gemerisik air menghantar rindu yang terus kubisikkan. Serupa ketukan nada yang terdengar sayup mendayu di sisi-sisi lintasan jalan pulangmu. Lirih... Entah kau mendengarnya atau mengabaikan kehadirannya.

Perlahan kuusap mataku yang berkabut penuh airmata. Masih nyata, sembilu tajam menghunjam membelah jiwaku. Gaungkan selaksa tanpa jawab di batas harap suram.

Laksana sihir para jembalang yang menyelinap di sela mimpi malamku. Melayang bersama bayang yang tak pernah kuat di lenganku. Hampa... Tiada rasa.

Kini hanya syair tanpa irama yang tersisa. Mengalun sumbang iringi gontai langkahku. Aku, perempuan yang terus berdiri memeluk sepi.

#poeds 081116

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline