Lihat ke Halaman Asli

Sari Aryanto

fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Curhatan Lady Suminten

Diperbarui: 22 Agustus 2016   11:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pernahkah kamu mendengar lagunya mbak Astrid? Yang itu lho"Jadikan aku yang kedua, buatlah diriku bahagia". Sumpah aku nggak pernah membayangkan jadi orang ketiga diantara dua irang yang dimabuk cinta. Bukan, bukan antara Pairunn dan Susanto. Bukan pula antara mpok Langit dan oom Menul mana berani aku mengganggu mereka.

Tapi aku menjadi upil yang nyempil diantara lady Cempluk dan Raden Mas Subroto. Awalnya sih aku nggak tahu kalau lady Cempluk dan Raden Mas Subroto itu saling mencinta, akupun juga belum pernah bertemu kok dengan beliau. Tapi bapakku, Warok Siman penguasa dukuh Kesimanan Trenggalek diberi anugrah oleh Kanjeng Bupati Raden Mas Noto Kusumo untuk menjadi besan bupati. Ssstttt, jangan bilang-bilang ya! Bapakku dapet hadiah itu karena sanggup mengusir si Surogentho anake Surobangsat begal terkenal di Trenggalek.

Jadi, karena sudahendapat kepastian kalau aku akan dinikahkan dengan Raden Mas Subroto, bapakku mulai menyiapkan pesta. Hampir seminggu rumah penuh dengan orang. Semua hilir mudik dengan aktivitasnya masing-masing. Bahkan akupun dimacem-macemin, kemarin seharian aku dilulur dengan berbagai rempah-rempah. Dipanggang diatas ratus wangi yang dulun manten bawa dari Mataram. Kamu tahu perasaanku? Dag dig dug pokoknya. Apalagi ini pengalaman pertamaku kawin hihihihi.

Pas malam midodareni, aku dirias dengan paes gaya Mataraman. Kata simbokku aku ayu banget. Hihihi isin aku. Tapi waktu aku dirias, aku mendengar bapakku marah-marah diluar. Ada apa to ini wong mau ada pesta besar kok malah membuat keributan. 

Bapakku terlihat merah sekali mukanya dan mengeluarkan cambuk kesayangannya. Aku benar-benar penasaran, sebenarnya apa yang terjadi? Eaaallllahhh, pernikahanku dibatalkan! Ki Patih dari kabupaten barusan mengabarkan berita ini. Apa salahku? Apa dosaku? Aku duduk terdiam diantara keributan yang terjadi. 

Bapakku, simbokku, paklik, bulik, tetangga semua memandang iba kepadaku. Aku ora papa, aku kuat, kokoh bakoh tak tertandingi kok. Dan aku tertawa melihat satu persatu ibu-ibu mulai menangis dan menyuruhku sabar. Tapi mereka aneh, melihat aku tertawa, tangis mereka makin kencang. Ada apa to ini????

Eh, bapakku mau kemana itu? Dipacunya kuda hitam yang selalu setia menemani bapak kemanapun. "Paaaakkkkkkkk, aku meluuuu!!" teriakku, tapi sama sekali tak digubris.

Aku berlari menyusul bapakku. Sialan sekali jarik ini, menganggu langkahku. Kusingkap jarik yang tadi pagi dipakaikanpadaku. Aku mengejar bapakku, disepanjang jalan akuelepas satu persatu perhiasan yang melekat dibadanku. Di sepanjang jalan bocah-bocah meneriakiku "Suminten edan... Suminten edan..." Aku ora edan, aku hanya kecewa nggak jadi kawin dan aku mencemaskan bapakku. Kemana bapak pergi tadi? Bapak pergi dalam keadaan marah, aku takut terjadi sesuatu pada bapak.

Langkahku sampai didesa tetangga. Dari jauh aku mendengar suara orang bertarung. Aduuuh, dimana-mana kok terjadi keributan! Mengapa nggak bisa damai sih? Aku bergegas mendekati mereka dan mencoba mendamaikan. Lho!!! Ternyata bapak yang bertarung to??? Sama lik Warok Suromenggolo? 

"Coba lihatanakku hei Suromenggolo! Apa kamu tega melihat keadaannya sekarang?" kudengar suara bapakku menggelegar menantang lik Suromenggolo.

"Maafkan aku kangmas! Aku tidak tahu seperti ini keadaannya. Baiklah aku akan menyembuhkan Suminten." begitu lik Suromenggolo menjawab. Kemudian lik Suromenggolo memegang kepalaku dan mukutnya komat-kamit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline