Di Indonesia, banyak sekali cerita rakyat dari berbagai daerah. Salah satunya Sumatra Utara. Sumatra Utara mempunyai tempat menarik untuk dikunjungi, salah satunya Danau Toba.
Ada istilah kalau berkunjung ke Sumatra Utara, tidak lengkap kalau tidak berkunjung ke Danau Toba. Selain bisa menikmati pemandangan alam yang cantik, kita bisa belajar sejarah di Pulau Samosir.
Mungkin sebagian besar tahu cerita rakyat asal muasal terbentuknya Danau Toba. Itu karena legenda Danau Toba sering dibuatkan film dalam berbagai versi.
Salah satunya Sigale-gale. Jika kita berkunjung ke Pulau Samosir, banyak Tour Guide yang menawarkan history local yang merupakan asal muasal Tanah Batak dan cerita Sigale-gale.
Sigale-gale biasanya digelar dalam upacara kematian. Upacara ini ditujukan bagi orang yang tidak mempunyai keturunan. Selain bagi orang yang tidak mempunyai keturunan, upacara ini ditujukan bagi orang yang mempunyai kedudukan tinggi. Namun saat orang Batak mulai menganut agama Kristen, upacara ini mulai ditinggalkan.
Sigale-gale sendiri merupakan pertunjukan patung menari. Ada rumor mengatakan bahwa patung bisa menari karena dikendalikan mahkluk gaib. Ada beberapa versi cerita bagaimana patung Sigale-gale bisa menari dengan sendirinya.
Salah satu versi menceritakan Sigale-gale diambil dari nama anak raja di Pulau Samosir, Manggale, anak dari Raja Rahat. Raja Rahat merupakan raja yang sangat dihormati oleh rakyat Samosir. Ia dicintai karena sifatnya yang bijaksana.
Namun ia hanya tinggal berdua bersama anak nya Manggale. Itu karena istri dari sang raja meninggal lebih dulu. Karena itulah ia sangat mencintai anaknya. Begitu juga dengan rakyatnya karena Ia mempunyai sifatnya sama dengan ayahnya yang sangat bijaksana.
Pada suatu hari, salah satu prajurit raja memberikan sebuah kabar bahwa diperbatasan banyak berkumpul prajurit dari negri sebelah untuk berperang. Tujuan mereka untuk mengambil alih sumber daya dari Raja Rahat. Sehingga Ia memanggil prajurit terbaiknya, penasehat, dan Manggale sebagai panglima tertinggi.
Pada saat Manggale membawa prajurit terbaiknya untuk berperang, perasaan seorang ayah mulai muncul. Ia takut anaknya tidak akan pulang. Kegelisahan itupun terjawab saat prajuritnya pulang usai berperang. Namun sialnya, Manggale tidak bersama mereka.