Perkenalkan saya Rahma dan anggota kelompok saya yang bernama Saras dari Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, di sini kami mengangkat tema mengenai Kesehatan Mental Pada Remaja.
I. PENDAHULUAN
Kesehatan mental merupakan kondisi di mana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya. Kesehatan mental pada remaja memiliki permasalahan yang semakin memerlukan perhatian mendesak dalam kehidupan modern saat ini Remaja berada dalam masa transisi kritis menuju masa dewasa dan sering kali menghadapi berbagai tantangan yang dapat berdampak pada kesehatan mental mereka. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 10-20% anak-anak dan remaja di seluruh dunia mengalami masalah kesehatan mental, dan setengah dari masalah tersebut terjadi pada usia 14 tahun. Emosi seperti depresi, agresi, pikiran negatif, frustrasi, dan ketakutan dapat berdampak signifikan pada kesejahteraan kita secara keseluruhan. Seseorang yang bugar cenderung memiliki suasana hati yang lebih baik dan dapat menangani stres serta tantangan emosional dengan lebih efektif. Aktivitas fisik yang teratur tidak hanya meningkatkan kesehatan fisik tetapi juga mendukung kebugaran mental.
II. MASALAH
Cinta dan dukungan serta hubungan yang kuat dengan keluarga dan orang-orang terdekat dapat memiliki pengaruh langsung dan positif pada kesehatan mental bagi remaja. Bahkan, hubungan emosional yang baik dapat mengurangi kemungkinan remaja mengalami masalah kesehatan mental. Salah satu masalah utama yang dihadapi remaja terkait kesehatan mental adalah stigma sosial yang terkait dengan gangguan mental. Stigma ini menghalangi generasi muda untuk mencari bantuan dan dukungan yang mereka perlukan. Banyak remaja yang merasa malu atau takut dihakimi oleh teman sebaya, keluarga, atau masyarakat jika mereka mengungkapkan kecemasan, depresi, atau masalah emosional lainnya. Oleh karena itu, mereka cenderung menyimpan masalah ini untuk diri mereka sendiri, yang dapat memperburuk gejalanya. Adapun dampak dari stigma tersebut yaitu 1. Isolasi Sosial: Remaja yang merasa terstigmatisasi sering kali menarik diri dari interaksi sosial, sehingga dapat memperburuk perasaan kesepian dan depresi. 2. Kurangnya kesadaran: Stigma juga menyebabkan kurangnya pemahaman tentang pentingnya kesehatan mental di kalangan generasi muda dan dewasa, sehingga menghambat dialog terbuka mengenai masalah ini. 3. Penyalahgunaan Zat: Beberapa remaja mungkin beralih ke alkohol atau obat-obatan untuk mengatasi tekanan emosional, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius.
Dan juga terdapat banyak remaja tidak memiliki akses dalam peraturan atau terapi yang diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan mental mereka. Di bawah ini kami memberikan sebuah faktor yang berkontribusi pada masalah ini :
1. Adanya keterbatasan sumber daya : terdapat banyak daerah, terutama pedesaan kurangnya profesional kesehatan mental yang terlatih / yaitu psikolog
2. Biaya kesehatan : Layanan kesehatan mental sering kali mahal dan tidak semua remaja memiliki asuransi kesehatan yang mencakup biaya tersebut.
3. Kurangnya Dukungan dari Sekolah: Meskipun sekolah memiliki peran penting dalam mendukung kesehatan mental siswa, banyak institusi pendidikan tidak memiliki program atau sumber daya yang memadai untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan.
III. SOLUSI
Adapun upaya bagi remaja yang kami sarankan yaitu sebagai berikut : Berbicara dari hati ke hati dengan anak remaja Anda tentang kondisi dan kesehatan mentalnya adalah langkah awal yang perlu Anda lakukan sebagai orang tua. Jika Anda mengkhawatirkan kesehatan mental anak, mulailah dengan mengajaknya berbicara. Berbicara dengan anak tentang bagaimana perasaan mereka menunjukkan bahwa mereka tidak sendirian dan bahwa Anda, sebagai orang tua, peduli. Selain itu, anak juga mungkin memerlukan bantuan untuk mendapatkan dukungan. Untuk mengatasi permasalahan stigma dan akses terhadap layanan kesehatan mental, kami menyarankan dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut: