Lihat ke Halaman Asli

Adik Ipar Saya Pengguna Narkoba, Akhirnya Mati Karena Aids

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1424077973835326877

Adik Ipar Saya Pengguna Narkoba, Akhirnya Mati Karena Aids

Presiden Jokowi menolak Grasi atas terpidana mati pengedar narkoba. Australia sebagai negara tetangga dekat Indonesia sudah melayangkan protes ke pemerintah atas hukuman mati yang sebentar lagi akan dilaksanakan atas warganya.

Saya secara pribadi mendukung penuh hukuman mati atas pengedar Narkoba. Narkoba itu jahat, Sangat jahat. Merusak generasi muda, membunuh, bahkan menghancurkan keluarga. Bagi yang belum pernah bersinggungan dengan narkoba, sebaiknya jangan coba-coba mencicipi narkoba.

[caption id="attachment_351423" align="aligncenter" width="448" caption="images: kompas.com"][/caption]

Ini pangalaman saya :

Adik ipar saya seorang anak muda yang sebenarnya memiliki masa depan yang cerah. Kuliah di salah satu Universitas Swasta terbaik di kota Jakarta. Akibat pergaulan di kampus, maka mulailah berkenalan dengan yang namanya narkoba. Dari mulai coba-coba, sampai akhirnya terikat, tidak bisa lepas dari narkoba. Penggunaan jarum suntik secara bersama-sama adalah awal masuknya virus HIV ke dalam tubuhnya.

Akhir tahun 2003, adik ini deman. Dikira demam berdarah atau typus. Hasil cek darah, ternyata positif AIDS. Maka mulailah proses pengobatan di Rumah Sakit Infeksi Sulianti Saroso, Sunter, salah satu rumah sakit yang khusus menangani virus, termasuk HIV. Saya yang bawa ke rumah sakit tersebut.

Nebus obat setiap hari hampir 1 juta, belum termasuk biaya kamar, dokter, dan lab. Badannya mulai kurus. Lama-lama semakin kurus, kurus, dan kurus, tinggal tulang dibungkus kulit. Sangat menyiksa.

Karena terbaring terus di tempat tidur, mungkin karena punggungnya panas, jadi lecet, lecetnya jadi berair, lalu jadi luka borok, lama-lama jadi bolong. Bukan hanya di punggung, tapi juga di (maaf) pantat. Doanya cuma satu: minta supaya segera mati.

Tiap malam selalu terjaga. Sebentar-sebentar teriak-teriak, katanya sering mimpi lihat setan. Serem. Lihatnya bukan cuma mata merem sambil tidur, tapi juga saat mata melek. Kalau kita berdiri di samping tempat tidurnya, dia sering bilang, ada orang hitam tinggi besar di samping atau belakang kita.

Menderitanya bukan Cuma yang sakit. Kita yang sehat jadi ikut-ikutan susah. Emaknya stress berat. Badan dari 78 kg, turun sampe tinggal 38 kg. Pikirannya sampai terganggu, karena ngurusin anaknya kena sakit kayak begini.

AIDS, akibat dari penggunaan Narkoba dengan jarum suntik secara bersama-sama. Dari mulai didiagnosa dokter anak ini kena AIDS, hanya kuat 6 bulan, meninggal. Teman-teman kelompoknya pada gelisah semua. Ternyata benar, beberapa bulan kemudian, saya mendengar satu-demi satu teman-temannya pada kena AIDS, meninggal juga.

Lantas, dengan dampak Narkoba sedemikian mengerikan ini, apakah para pengedar pantas mendapat hukuman mati? SANGAT PANTAS. Narkoba terbukti sangat jahat, menghancurkan generasi muda.

SAYA MENDUKUNG EKSEKUSI MATI PARA PENGEDAR NARKOBA.

.

.

Jonatan Sara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline