Bicara korupsi tak lengkap rasanya tanpa membahas empat sehat lima sempurna. Kenapa? Semakin diberantas semakin mak nyus rasanya. Korupsi memakan apa saja yang dianggapnya menghasilkan keuntungan pasti diembat.
Korupsi tempe, korupsi tahu, korupsi ikan, korupsi daging, korupsi sayur dan korupsi susu. pelakunya atau koruptornya pasti orang-orang pintar dan memilki power. Mustahil orang-orang bodoh dan miskin.
Coba kita tengok, pelaku koruptor tidal ada dari kalangan gembel, pengemis, pemulung. Paling rendah jabatan koruptor adalah Lurah, mustahil petani jadi koruptor, terlebih penarik becak. Boro-boro mau korupsi lah wong buat makan sehari-hari saja setengah mati. Belum ditambah harga empat sehat lima sempurna kian mahal harganya.
Yang paling bahaya dari korupsi, rakyatnya sudah tidak percaya terhadap pemimpinnya sendiri, Negara digerogoti dari dalam, dihancurkan secara diam-diam. Demokrasi sebatas menu-menu makanan empat sehat lima sempurna diatas meja untuk menambah kekuatan monopoli kekuasaan, mengeruk harta negara demi kroni dan keluarga, lainnya dianggap sisa-sisa pembuangan esok hari.
Dari atas panggung bicara manis-manis, dibawah meja menghisap sampai habis. Koruptor tidak pernah kehabisan cara. Jurus-jurus baru terus mengemuka. Mereka tahu saat lembaga independen KPK sulit dibeli, pilihannya adalah "DILEMAHKAN". Ketika Pengadilan Tindak pidana korupsi sulit diakali, pra peradilan jadi solusi, Setnov contohnya, menang telak atas KPK.
Belut memang sukar ditangkapi, apalagi belut yang sanggup memborong oli. Papa itu memang luar biasa, sebab biasa makan empat sehat lima sempurna diluar bersama belut-belut tambun, perutnya juga gendut-gendut. Semua dibikin geleng-geleng kepala. Walau sebenarnya kita tidak benar-benar terkejut, sebab yang lain hanya manggut-manggut.
Cara-cara empat sehat lima sempurna ini mengakibatkan publik kian menciut, sebagai koki hanya mampu berteriak, maka berteriaklah jika itu yang bisa dilakukan, sembari terus merapatkan barisan.
Semoga kita diberkahi nafas panjang, hingga kemenangan benar-benar menjelang
2 Oktober 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H