Lihat ke Halaman Asli

Kemapanan 'Uang Panai' Kalahkan Ketampanan

Diperbarui: 25 April 2017   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber gambar: tribunnews.com)

Ketika harta membutakan logika segala sesuatu yang mustahil terbukti ada. Harta juga membutakan logika seorang wanita cantik dan terdidik asal Desa Tengnga-tengnga, Kecamatan Bengo, Kabupaten Bone, yang saat ini masih berstatus mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Makassar rela dinikahi kakek usia 70 tahun.

Pangeran beruntung tersebut bernama Tajuddin Kammisi adalah mantan Sekretaris Daerah (Sekda) serta Mantan Wakil Wali Kota Parepare Sulawesi Selatan. Sementara sang Putri merupakan bangsawan Bone bernama Andi Fitri berusia 25 tahun. Ijab kabul antara Tajuddin Kammisi (70) dengan pasangannya Andi Fitri (25) itu terjadi pada Sabtu (22/4/2017) di Dusun Tanah Tengah, Desa Liliriawang, Kecamatan Bengo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Pernikahan luar biasa ini sempat viral di dunia maya, termasuk warga Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan takjub akan fenomena ini. Dikatakan luar biasa heboh karena pernikahan tersebut melampaui batas logika kewajaran manusia, ada kakek yang menikah dengan gadis, terpaut usia sangat jauh.

Uang panai untuk melamar mempelai wanita juga berdarah biru itu mengingatkan saya akan kisah Datuk Maringgih dan Siti Nurbaya, dipaksa menikah karena terlilit hutang plus bunga. Bedanya hebohnya pernikahan ini terletak pada uang panai dengan jumlah total fantastis lebih dari Rp 1,4 miliar. Dengan rincian, uang tunai sebesar Rp 150.000.000, sebuah rumah batu permanen seharga Rp 700.000.000, emas 200 gram, dan sebuah mobil mewah seharga Rp. 450.000.000.

Pujangga berkata, "Cinta itu memberi bukan meminta, cinta itu ikhlas bukan memaksa.” Akan tetapi dengan pernikahan kemarin bukanlah suatu kecelakaan atau kebetulan belaka, kata-kata pujangga tersebut terbantahkan. Terlepas atas nama cinta yang jelas pernikahan ini menjadi viral, mengalahkan pernikahan para selebriti.

Sejauh mata memandang, logika mengatakan cinta itu buta, akan tetapi ada. Lain ladang lain belalang lain lubuk lain ikannya. Pepatah ini memang terdengar klise. Tapi jika kita datang ke suatu Daerah yang sangat berbeda dengan tempat tinggal kita atau tempat kita berasal, pepatah itu benar juga. Kita disuguhkan pada kenyataan bahwa harta mematahkan kekuatan cinta dua manusia berlainan jenis.

Mahalnya kehormatan wanita mampu mewujudkan diambang batas kewajaran, meski usia sisa menunggu panggilan-NYA. Intinya, teman saya berkata, “Kemapanan mengalahkan ketampanan.”  Tradisi itu benar-benar bergeser makna menjadi gengsi.

25 April 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline