Kisah indah dihari Senin 24 Oktober 2016 selalu melanda Indonesia, khususnya di Kota Makassar nyaris menyerupai “kolam” dadakan Setelah 4 jam diguyur hujan deras, sejumlah tempat di Kota Makassar dilanda banjir, seperti wilayah Sudiang tempat saya tinggali.
Hujan mulai mengguyur kota Makassar mulai sekitar pukul 13.00 Wita hingga pukul 17.30 Wita. Salah satu yang tergenang banjir adalah Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17 Kecamatan Biringkanaya. Tak ayal demi sampai tujuan, banyak kendaraan memaksakan melintasi genangan air hujan.
Intensitas hujan kemarin (24/10), sejumlah pemukiman warga di Kota Makassar mengalami banjir hingga air hujan kehilangan jalan pulang ke laut. Dampak pembangunan begitu jor-joran tanpa memihak “lingkungan” mengalih fungsikan lahan terbuka hijau menjadi beton, aspal, pondasi semen sehingga mengurangi masuk ke rumah-rumah warga hingga ada yang setinggi 20 centimeter.
Baru 4 jam hujan mengguyur Kota Makassar sudah banjir. Bagaimana kalau berhari-hari, pasti menjadi lautan bangkai. Sudah memasuki musim penghujan saat ini masyarakat ekstra hati-hati, seperti yang menimpa rumah kami serta rumah-rumah para tetangga pasalnya guyuran hujan tersebut masuk dalam rumah setinggi mata kaki, bahkan banjir memasuki rumah tetangga hingga sebatas betis orang dewasa, cukup membuat ketar-ketir penghuni rumah. Mau tidak mau terpaksa menyelamatkan barang yang masih bisa diamankan, kondisi dalam rumah tak ubahnya kapal titanic pecah tergerus ombak laut lepas.
Banjir seperti yang terjadi senin lalu bukan hanya melanda Makassar saja merata seluruh indonesia. sebagai contoh Beberapa tempat di Bandung kebanjiran cukup parah. Jalan Pasteur, jalan Pagarsih, jalan Nurtanio dan jalan Setiabudi (di mana ada satu korban jiwa) adalah jalan-jalan yang mengalami dampak banjir parah sampai-sampai mobil terbawa derasnya arus banjir, ironisnya peristiwa menyedihkan tersebut sempat mereka abadikan melalui android lantans diupload ke sosial media hingga tayang menjadi konsumsi publik, bukannya bersimpati, malah tepuk tangan smbil menertawai bangsanya sendiri, lucu saja melihat aksi heroik tersebut...yah...kalo gitu selamat menertawai derita bangsa sendiri. Belum berhenti distu saja Pemerintah seperti tidak mengantisipasi banjir tahunan ini.
Jadinya banjir merata di ruas jalanan hingga menyisir gedung-gedung perkantoran yang ada di Makassar. Banjir (24/10) bukan tanpa sebab maraknya pembangunan berkelanjutan sehingga mengakibatkan lahan-lahan resapan air tersumbat, beralih fungsi menjadi beton dan pondasi rumah dan gedung. Kurangnya ruang terbuka hijau sangat berpengaruh signifikan terhadap keselamatan lingkungan. Permasalahan sampah penyebab lain yang belum rampung di tekan sepenuhnya oleh pemerintah, juga dibutuhkan kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan ke jalan. Drainase/saluran pembuangan air/bahkan sungai itu akan memperparah luapan air.
Rumah tempat saya tinggal untungnya baru tergenang banjir setinggi mata kaki, coba kalo hujan seharian boleh jadi merendam seisi rumah “nyawa” keluarga taruhannya. Arogansi pengembang berorientasi investasi menutup lahan terbuka hijau dengan pondasi dan beton sangat berpengaruh pada resapan air ke dalam tanah.
Tahun ini air masuk di rumah saya untuk yang ke dua kalinya, setelah tahun 2011 akibat proyek aspalisasi dan dibetonisasi. Jalan beton dibuat, tapi pemerintah tidak memperlebar selokannya atau masyarakatnya yang kepala batu menutup drainase. Merupakan karakteristik manusianya. Jadinya, air hujan tidak tahu jalan pulang kemana sampai salah memasuki rumah-rumah warga.
Harapan kedepan perangkat desa yang diberi amanah oleh warga lebih giat turun tangan mengatasi banjir musiman ini. Jika tidak mampu mengatasi banjir di Perumahan BPS Sudiang Makassar dengan besar hati harap “tanggalkan” jabatan sebagai Rukun Warga seperti janjinya saat pemilihan ketua RW.
26 Oktober 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H