Lihat ke Halaman Asli

SARAH ZAHRA RAMDHANI

Mahasiswa di Institut Pertanian Bogor

Dampak Gagal Panen Terhadap Manajemen Keuangan Keluarga Petani Padi

Diperbarui: 19 November 2022   15:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pada masa kini, profesi sebagai petani yang merupakan peran penting dalam membangun ketahanan pangan masyarakat terbilang kurang menjanjikan. Hal ini dikarenakan ketidakstabilan pendapatan yang didapatkan khususnya oleh petani padi. Meskipun Indonesia merupakan negara agraris dengan kurang lebih 100 juta jiwa rakyat Indonesia yang bekerja pada sektor pertanian, tidak menutup kemungkinan belum tercapainya kesejahteraan yang diterima oleh pelaku di sektor pertanian.

Kenyataannya, sebagian besar petani padi yang ada di negara ini berasal dari kalangan masyarakat miskin berpendapatan rendah atau rata-rata pendapatan rumah tangga petani yang masih rendah, yaitu hanya sekitar 30% dari total pendapatan keluarga. Tidak hanya rendahnya pendapatan yang diterima petani, sektor pertanian juga dihadapkan dengan resiko penurunan produksi dan produktivitas hasil pertanian. Salah satunya disebabkan oleh gagal panen yang dapat terjadi karena berbagai macam faktor.

Padi yang menjadi komoditas pangan utama memiliki peluang yang tinggi untuk terjadinya kegagalan produksi karena berkenaan dengan sifat usaha tani yang selalu bergantung pada alam. Resiko hasil atau produksi disebabkan antara lain karena adanya serangan hama penyakit, kondisi cuaca atau alam, pasokan air yang bermasalah, dan variasi input yang digunakan. Berbagai pihak telah mencoba melakukan upaya penanganan yang serius untuk meminimalkan resiko tersebut.

Kondisi alam ternyata sangat berpengaruh terhadap variasi hasil panen padi, misalnya kondisi curah hujan yang sangat besar ataupun sangat kecil bisa menimbulkan gagal panen. Pada saat ini, keadaan cuaca tidak dapat diprediksi, hal ini seringkali menjadi penyebab turunnya produksi dan produktivitas tanaman padi yang dihasilkan oleh petani. Selain kondisi alam (cuaca), bahwa lahan, benih, urea, herbisida, tenaga kerja juga terindikasi berpengaruh nyata.

Petani perlu menangani risiko yang timbul karena adanya ketidakpastian. Petani dapat melakukan atau menerapkan manajemen risiko yang berguna untuk menangani masalah-masalah tersebut. Adapun cara yang dapat dilakukan petani dalam mengatasi risiko ialah dengan membuat perencanaan bersama kelompok tani dan penyuluh pertanian. Pada saat masa produksi apabila terserang hama dan penyakit, petani lebih banyak memilih untuk membasmi hama dengan menggunakan pestisida yang lebih cepat dan terbukti, walaupun petani sudah mengetahui dampaknya. Penyuluhan sangat berpengaruh positif terhadap pendapatan petani, sehingga perlu penambahan intensitas penyuluhan pada setiap petani.

Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan masyarakat ini mencerminkan kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Pendapatan petani yang tergolong rendah dan tidak menentu secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi finansial keluarga. Apalagi jika hasil panennya gagal maka masalah yang dihadapi petani akan bertambah. Dengan kondisi tersebut, manajemen keuangan sangat penting dilakukan agar pendapatan yang didapat tidak habis begitu saja dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan keuangan dalam rumah tangga pasangan, yaitu faktor psikologis, gaya hidup, dan pengeluaran tidak terencana. Dengan pendapatannya yang rendah dan di bawah rata-rata umr nasional di Indonesia, petani harus memikirkan skala prioritas terlebih dahulu agar dapat merencanakan pengeluaran keuangan dengan baik. 

Keluarga petani dapat memulai mengelola keuangan mereka dengan merencanakan pengalokasian dana yang mereka miliki. Dengan rata-rata pendapatan yang ada tiap bulannya, keluarga petani dapat memilah kemana saja pengalokasian dana mereka sesuai skala prioritas yang telah ditetapkan. Misalnya untuk kebutuhan hidup sehari hari, biaya pendidikan anak, biaya listrik, biaya tidak terduga, dan menabung. Hal ini perlu dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan oleh keluarga petani agar saat terjadinya keadaan yang tidak terduga seperti gagal panen atau hal lain sebagainya, petani tetap dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.   

Suatu usaha di sektor pertanian, khususnya yang bergerak di bidang budidaya padi cenderung menghadapi resiko ketidakpastian yang tinggi. Iklim yang kadang tidak tentu, kekeringan, serangan hama dan kegagalan pada benih padi menjadi hal yang mengakibatkan kerugian yang tinggi di kalangan petani. Hal ini sangat mempengaruhi kondisi keuangan petani. Dampak dari panen yang buruk ini berdampak pada pengelolaan keuangan petani dan berdampak pada seluruh keluarga dari petani tersebut. 

Manajemen keuangan adalah seperangkat kebijakan yang bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan, meminimalkan pengeluaran dan memastikan ketersediaan dana untuk kebutuhan keluarga. Manajemen keuangan keluarga secara sederhana bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pengelolaan rumah tangga oleh petani berupa alokasi keuangan atau tabungan. Keluarga petani disarankan memiliki dana darurat yang dapat digunakan saat petani mengalami gagal panen. Dana darurat ini dapat menjadi modal petani untuk produksi padi. Apabila tidak memiliki dana darurat saat gagal panen, petani dapat mengurangi produksi padi, meminjam modal dari kerabat atau koperasi dengan mempertimbangkan resiko-resiko yang ada. Namun, hal inilah yang sebaiknya dicegah dengan manajemen keuangan keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline