[Agama hadir untuk menambah kemanusiaan bukan menambah keegoisan/ Sumber gambar: trustinhumanity.org ]
Kasus yang terjadi di Tanjung Balai, Sumatera Utara membuat saya kembali ingin berorasi. Seperti ada yang menggelitik hati nurani saya, saya risih dan jengkel kasus kasus seperti ini kenapa harus terulang lagi?
Tapi maaf jika saya hanya mampu berorasi dengan jari dan pikiran yang saya miliki. Tidak seperti orang lain yang berani berorasi di depan Istana atau di pusat kota. Namun sebelumnya saya memohon maaf sekali lagi jika orasi ini tidak sesuai dengan persepsi dan pandangan Bapak Ibu sekalian karena saya orasi dengan menyatuka pandangan, pemikiran, pemahaman yang saya punya. Karena saya orasi bukan ingin mencari pengakuan benar atau salah tapi mencoba menyebarkan virus perdamaian. Jika ada kalimat saya yang kurang berkenan, kritiklah.
Sebenarnya saya tidak mau membahas mengenai Agama karena bagi banyak orang pembahasan ini sangat sensitif. Tapi bukan agama yang saya ingin bahas, namun mengenai pemeluk Agama itu sendiri termasuk diri saya yang ingin saya bahas.
Berbicara tentang Agama dan pemeluknya, Saya jadi teringat dengan salah seorang teman sekolah saya yang memilih untuk tidak memiliki agama, walau dia menyadari agama itu diharuskan di negeri ini. Pernah saya bertanya singkat; "Kenapa memilih untuk tidak beragama?", lalu teman saya menjawab; "bagi saya tidak penting agama yang penting kamu tidak menyakiti atau mengusik hidup orang lain dan bisa berbuat baik dengan orang lain.." Saya akui statement dia bisa diterima logika, walau saya tidak setuju secara keseluruhan.
Banyak orang beragama tapi malah saling menyakiti, banyak orang beragama tapi saling menyebar kebencian, banyak orang beragama tapi hanya mencintai agamanya tapi menjauhi sesama umat manusia.
Lalu saya menyadari kenapa agama saat ini malah terbentuk seperti kendaraan politik ekstrim? Banyak orang mengaku memeluk agama tertentu, menonjolkan identitas agamanya kemana mana, berlomba-lomba mengkampanyekan agamanya, mencari kader sebanyak banyaknya dan membela agamanya mati matian... tapi tidak tahu caranya memanusiakan sesamanya manusia (kemanusiaan).
Anyway, Disini saya bukan menceritakan tidak perlunya agama. Jelas beragama itu penting, saya umat beragama, saya percaya Tuhan, dan saya paham Indonesia adalah negara yang mewajibkan masyarakatnya untuk memeluk salah satu Agama dari 6 Agama yang telah diakui. Namun saya hanya risih dengan isu isu intoleransi yang terjadi saat ini, mengapa agama malah menjadi penyebab munculnya konflik?
Saya malu jika kita dibandingkan dengan warga negara lain yang tidak mengenal agama tapi mereka bisa hidup rukun. Tidak memiliki agama tapi masih memiliki hati kemanusiaan, Tidak pernah membahas agama tapi mereka bersikap layaknya umat beragama yg taat, Tidak menonjolkan identitas agamanya tapi bisa mengasihi siapapun.
Harusnya kita, termasuk saya, sadar bahwa agama itu bukan cuma soal Engkau dan Tuhanmu, engkau dan tempat ibadahmu atau engkau dengan kitab sucimu, tapi Agama itu soal engkau, Tuhan dan makhluk lain yang juga diciptakanNya! Karena saya pun selalu ingat apa yang telah diajarkan sejak kecil kepada saya, bahwasanya, hidup di dunia ini ada hubungan kasih vertikal dan horizontal yg harus saling berkaitan. Hubungan vertikal yaitu kasihi Tuhan Allahmu, dan hubungan Horizontal yaitu kasihi sesama umat manusia.
Karena beragam bukan berarti ancaman, dan membaur tidak berarti melebur! -smys-