sumber gambar: instagram
Instagram, siapa yang tidak mengenal media sosial yang sedang booming di era ini? Kehadirannya membuat orang berlomba-lomba menghasilkan foto terbaik dan mengunggah foto tersebut. Tak hanya itu. Instagram menjadi sarana bisnis, iklan maupun sebagai tempat pamer. Banyak akun yang mengunggah foto-foto sedang berlibur di suatu tempat, foto alam yang indah maupun foto yang sengaja diunggah untuk memberitahu bahwa sang pemilik akun pernah pergi ke tempat tersebut. Sehingga banyak foto yang diambil dari spot sama untuk mendapat pengakuan bahwa sang pemilik akun tidak dianggap ketinggalan zaman.
Penggunaan Instagram sudah tak bisa lepas dari masyarakat. Pengguna Instagram yang telah mencapai 25.828.523 orang (GooglePlayStore diunduh pada 6 Oktober 2015). Mereka telah menjadikan Instagram sebagai gaya hidup. Penggunaan Instagram tak hanya di masyarakat dan artis saja. Isteri mantan Presiden RI, Ani Yudhoyono pun tak mau ketinggalan. Ia memiliki akun (@aniyudhoyono) dan terus menerus mengunggah foto secara berkala serta memberitahukan kegiatan yang ia lakukan.
Psikolog humanistik, Abraham Maslow, menyebutkan bahwa manusia memiliki lima kebutuhan dasar yang membentuk tingkatan-tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis mencakup kebutuhan sandang, pangan, papan individu. Kebutuhan keamanan dan keselamatan menjadi penting karena manusia hidup menginginkan rasa aman dan terlindungi dari orang jahat maupun rasa sakit. Setelah kebutuhan rasa aman terpenuhi, maka kebutuhan sosial yang terdiri dari rasa percaya, cinta, kasih sayang, juga diperlukan oleh manusia. Karena hidup bersosialisasi, seorang individu membutuhkan relasi dengan orang lain dan akan berusaha mati-matian supaya bisa diterima di suatu kelompok. Contohnya saja, seseorang yang hidup di era modern seperti sekarang ini mayoritas menggunakan Instagram. Secara alamiah jika seseorang ingin diterima disuatu kelompok, maka ia akan men-download Instagram dan menggunakannya agar teman-teman yang lain mau menerima kehadiannya dalam kelompok tersebut.
Setelah kebutuhan sosial terpenuhi, maka muncullah kebutuhan penghargaan atau rasa ingin dihargai. Maslow beranggapan bahwa manusia ingin mendapatkan pujian, pengakuan dan perhatian dari orang disekitarnya. Dalam contoh diatas tadi, seseorang yang telah memiliki akun Instagram tentu saja juga berusaha memiliki banyak followers atau pengikut dan yang tak kalah penting adalah banyaknya like pada foto yang diunggah. Dengan begitu pemilik akun merasa diakui oleh followers-nya. Tak berhenti disitu, mayoritas pemilik akun Instagram yang lain ikut-ikutan mengunggah foto pada tempat yang sama, atau kebanyakan dari mereka akan pergi ke tempat tersebut, berfoto dan mengunggahnya di Instagram. Maka muncullah kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk mewujudkan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat mewujudkan citra diri. Kini Instagram telah menjadi sarana pembentukan citra diri bagi para penggunanya. Banyak yang tak mau kalah untuk terus-menerus travelling agar dirinya dianggap sebagai orang kaya yang mempunyai kesempatan bisa pergi kemanapun ia inginkan.
Contoh di atas dapat menyadarkan kita bahwa Instagram-lah yang membuat kita diterima, diakui dan sebagai sarana pembentukan citra diri seseorang. Pemikiran Maslow menegaskan bahwa seseorang merasa ada, dicintai, dihargai, dan diakui, hingga kebutuhan dasarnya terpenuhi. Melalui Instagram, seseorang merasa dihargai, diakui dan diterima oleh kelompok. Maka dapat kita katakan, dengan Instagram, maka aku ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H