"atas nama kepentingan rakyat" suara orator didepan sekumpulan masa aksi yang berjalan sore ini menjelang azan magrib berkumandang. Riuh sudah aksi sore ini, atensi yang memanas ditambah kepulan asap pembakaran cone pembatas jalan yang menandakan sudah tidak kondusifnya rangkaian unjuk rasa serta akan adanya kericuhan. "tarik sudah barikade depan, ini rumah rakyat" teriak salah seorang masa yang akhirnya memancing reaksi panas rekan-rekannya. Tak disangka melayang sudah botol dari arah kerumuman belakang,seakan mengomandoi masa untuk merengsek kedepan aparat sambil menarik tameng pelindung didepannya. Hal ini disambut petugas dengan menembakan gas air mata,tanda masa dipaksa mundur dari posisinya. Tak ayal berhamburan sudah kerumunan aksi mencoba menyelamatkan diri dari incaran tongkat garnisun dan perihnya gas air mata. Bukan hanya masa aksi,ibu-ibu pemulungpun disekitar lokasi tunggang langgang mencari perlindungan. Perihak ikut tak ikut,gas air mata tak kenal siapa yang terdampak oleh perihnya.. "yang penting bubar" ucapnya mungkin jika bisa bicara.
"bantu kawan,lindungi kawan kita yang perempuan" teriak salah seorang masa memberi komando rekanannya untuk menyelamatkan mahasiswa yang terjebak tak sempat menghindari serangan gas air mata. Menariknya muncul dari belakang sekumpulan orang dengan ikat putih berpalang merah di lengannya, bertanya satu persatu kawan-kawan demonstran yang terpapar ganasnya gas air mata,memastikan ia baik-baik saja. Cairan infus dan pasta gigi segera dioleskannya pada korban, ada yang masih bisa menahan sambil terus mengumpat atas tindakan petugas, adapula yang meraung pedih menahan perihnya efek samping yang ia terima bahkan ada pula yang langsung terkapar pingsan dan dilarikan rekan-rekannya mengungsi ke barisan belakang. Mereka bergerak cepat, memastikan peserta aksi dapat ia tangani segera..
PARAMEDIS JALANAN
Paramedis Jalanan adalah sekumpulan orang yang mengambil peran dalam aksi demonstran, gerakan ini lahir di Amerika saat gerakan hak sipil dan gerakan anti-perang berlangsung sepanjang tahun 1960-an. ,mereka menganggap obat-obatan sebagai senjata untuk meminimalisir korban jiwa yang dihasilkan oleh bentrokan yang terjadi.
Mereka inilah yang secara sukarela menerobos kekacauan,berlari kedepan menjeput masa yang tak sempat melarikan diri lalu memapahnya mencari tempat aman untuk segera diberi penanganan. Berbekal sodium chloride dan larutan campuran antacid mereka mengambil resiko untuk membantu entah siapa dan berasal dari mana, hal terpenting baginya memastikan orang disekitar segera tertangani akibat tembakan gas air mata. Bukan hanya gas air mata yang menjadi personal, tongkat garnisun dan tebalnya tameng polisi yang sering kali menyasar kepada sekumpulan orang beralmamater ini juga memberi efek serius pada korbannya, lebam hingga perdarahan harus segera diatasi mengingat gentingnya situasi agar tak ada korban mengalami cidera serius.
TAK ADA JAMINAN UNTUK TIDAK DISERANG
Para dasarnya medis adalah pihak netral yang tidak memiliki kepentingan selain memberikan pertolongan kesehatan dimana ia bertugas,namun tidak adanya legalitas dan kesepakatan yang mengatur mengenai peran medis jalanan yang pada akhirnya membuat gerakan ini tidak memiliki jaminan untuk tidak diserang, keganasan tongkat garnisun dan resiko terdampak gas air mata juga menghantui mereka yang mengambil peran ini. Logo palang merah yang diadopsi seringkali diabaikan petugas ,entah ketidak tahuan mereka atau bahkan sengaja diabaikan mengingat tak adanya aturan khusus mengatur keberadaan mereka. Namun hal yang pasti dapat kita simpulkan dari eksistensinya sampai hari ini, tidak surutnya niatan baik ini berlangsung,mengambil resiko demi kemanusian yang tetap hadir ditengah kericuhan menjadi nafas perjuangan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H