Lihat ke Halaman Asli

Eko Gondo Saputro

TERVERIFIKASI

Dosen

Menyoal Kehadiran Aplikasi Temu di Indonesia: Antara Dilema Pemerintah dan Ancaman bagi para Pelaku Bisnis

Diperbarui: 13 Oktober 2024   15:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi aplikasi e-commerce Temu asal China.( Getty Images/ Jonathan Raa/NurPhoto via KOMPAS.com) 

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi banyak merubah berbagai hal aspek dalam kehidupan manusia. Di mana banyak kebiasaan-kebiasaan yang semula dilakukan secara manual atau memerlukan banyak tahapan untuk mencapainya tetapi saat ini teknologi canggih telah membuatnya lebih mudah dan cepat.

Dulu kita hanya mengenal pasar, swalayan, hingga mall sebagai tempat untuk menemukan berbagai macam kebutuhan. Penekanan adanya transaksi jual-beli yang terjadi secara langsung menjadi sebuah ciri khas dalam aktivitas yang biasa dilakukan antara penjual dan kita sebagai pembelinya.

Namun, teknologi yang semakin maju menghadirkan sebuah fitur yang bernama e-commerce. Fitur ini mengubah kebiasaan tradisional dari aktivitas jual-beli yang biasa dilakukan oleh masyarakat secara langsung menjadi aktivitas yang dapat dilakukan melalui media elektronik seperti internet, smartphone, komputer, tablet, dll serta tanpa harus bertemu secara fisik.

Tidak hanya memiliki kelebihan dari segi aksesibilitas yang lebih mudah saja, e-commerce juga menawarkan efisiensi waktu dan biaya yang semakin menarik untuk dipertimbangkan oleh masyarakat untuk beralih ke e-commerce sebagai media jual-beli.

Tidak mengherankan jika e-commerce yang juga termasuk ke dalam ranah ekonomi digital ini dapat dengan cepat tumbuh di Indonesia. Hasil riset Google, Temasek, dan Brain & Company pada tahun 2021 menjelaskan bahwa ekonomi digital Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.

Sumber: Google, Temasek, dan Brain & Company

Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia diproyeksikan dapat meningkat hingga mencapai US$ 220 Miliar hingga US$ 360 miliar pada tahun 2030 mendatang. Hal ini dikarenakan tingkat penjualan di e-commerce yang terus meningkat dan dibarengi juga dengan masyarakat yang semakin melek akan teknologi.

E-commerce sendiri dapat dikatakan menjadi penyumbang terbesar dalam nilai ekonomi digital Indonesia. Misalnya saja pada tahun 2022 lalu, dari nilai ekonomi digital sebesar US$77 miliar sektor e-commerce menyumbang sekitar US$59 miliar atau sekitar 76,62%. Artinya, e-commerce memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi digital di negeri ini.

Potensi besar ini yang kemudian menarik minat berbagai platform e-commerce asing untuk masuk ke Indonesia. Sebut saja e-commerce asal Singapura seperti Shopee dan Zalora hingga e-commerce asal China seperti Lazada, Blibli, dan JD.ID yang sudah lebih dulu melihat Indonesia sebagai pangsa pasar yang potensial.

Baru-baru ini e-commerce asal China yang bernama 'Temu' hadir di Indonesia. Tidak seperti e-commerce lainnya, Temu ini mendapatkan respon negatif dari masyarakat khususnya para pelaku bisnis. Sama halnya seperti kontroversi TikTok Shop beberapa waktu lalu, aplikasi Temu ini ternyata memiliki ancaman serupa dan bahkan jauh lebih berisiko bagi para pelaku bisnis UMKM.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline