Lihat ke Halaman Asli

Mengurai Stigma "Pure Blood" di Kalangan Mahasiswa dan Alumni Kampus Terkemuka

Diperbarui: 16 Juli 2024   12:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi wisuda/Shutterstock

Baru-baru ini jagat sosial media X dihebohkan dengan cuitan salah satu warganet yang merupakan mahasiswa dari salah satu kampus terkemuka di Indonesia. Ia mengungkapkan keresahannya karena sering melihat banyak mahasiswa yang melanjutkan studi S2 dan S3-nya di kampus tersebut namun bukan bukan bagian dari alumni atau pernah berkuliah di kampus yang sama.

Bukan tanpa alasan, ia menyebutkan bahwa banyak dari mereka yang melakukan hal-hal yang dianggap terlalu berlebihan dan terkesan overproud atau rasa terlalu bangga karena bisa berkuliah di salah satu kampus terbaik di negeri ini.

Cuitan tersebut akhirnya banyak menuai pro dan kontra. Warganet yang pro dengan cuitan tersebut menungkapkan pendapat yang sama namun dari perspektif kampus yang berbeda. 

Bahkan keresahan ini dialami oleh dosen yang mengajar di salah satu kampus terkemuka juga, di mana dosen tersebut merasa bahwa mereka yang melanjutkan studi di kampus terkemuka namun bukan alumni dari kampus tersebut memiliki kualitas dan kapabilitas jauh dibawah standar yang diharapkan.

Sementara warganet yang kontra menganggap bahwa cuitan tersebut terlalu berlebihan karena langsung menggeneralisasikan semua orang dari kampus-kampus yang biasa saja dan melanjutkan studi di kampus terkemuka memiliki perilaku yang dianggap "overproud" atau bahkan dianggap "tidak memiliki kapabilitas" untuk kuliah di kampus tersebut.

Fenomena seperti ini bukan hanya terjadi Indonesia tetapi juga di berbagai belahan dunia. Elitisme dalam dunia akademik hingga penggunaan istilah "pure blood" dalam kamus kampus-kampus terkemuka sudah ada sejak lama dan masih menjadi bahan perbincangan hingga saat ini.

Kemudian ini yang pada akhirnya menciptakan pola perilaku sosial seseorang dari kampus-kampus terkemuka baik di Indonesia maupun dunia yang menganggap bahwa mereka adalah yang terbaik dibandingkan dengan orang-orang yang diluar dari kampus mereka.

Maka tidak mengherankan jika stigma ini tidak hanya erat dalam lingkungan kampus itu sendiri yaitu diantara para mahasiswa yang sedang berkuliah, bahkan ketika sudah menjadi alumni pun, persepsi tentang kampus terkemuka ini masih terbawa dan seolah menjadi sebuah "standar" dan "kualitas" dari seseorang.

Shutterstock/Matej Kastelic

Elitisme akademik dan stigma "pure blood" pada kampus terkemuka

Elise Brezis dalam tulisannya "Elitism in Higher Education and Inequality: Why Are the Nordic Countries So Special?" menjelaskan bahwa elitisme dalam pendidikan perguruan tinggi adalah kesenjangan antara universitas elit (terkemuka) dan universitas biasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline