Lihat ke Halaman Asli

Nasib Masyarakat Ekonomi Kelas Menengah yang Terabaikan: Maju Kena Mundur Kena

Diperbarui: 30 Maret 2024   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

China on cusp of joining high-income club, but slowdown raises spectre of middle-income trap (scmp/Frank Tank)

Dalam tatanan sosio-ekonomi masyarakat di suatu negara umumnya terdapat tiga level kelas yang membedakan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Ada ekonomi kelas atas, ekonomi kelas menengah, dan yang terakhir terdapat ekonomi kelas bawah.

Masing-masing dari kelas ini biasanya akan dinilai berdasarkan pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat dalam periode waktu tertentu. World Bank membagi kelas masyarakat Indonesia menurut pengeluarannya menjadi 5 kategori. Kelima kategori tersebut adalah kelompok penduduk miskin, rentan, menuju kelas menengah, kelas menengah, dan kelas atas.

Kelompok penduduk miskin memiliki pengeluaran kurang dari Rp 354 ribu dan rentan Rp 354-532 ribu  per bulan. Lalu untuk kelompok menuju kelas menengah memiliki pengeluaran Rp 532 ribu -- Rp 1,2 juta dan kelas menangah Rp 1,2 juta -- Rp 6 juta per bulan. Dan yang terakhir kelompok kelas atas yang memiliki pengeluaran lebih dari Rp 6 juta per bulan.

Dari sini juga negara dapat melihat tantangan yang dihadapi saat ini dan di masa yang akan datang. Selain itu juga kebijakan yang rancang akan dinilai keberhasilannya melalui seberapa banyak jumlah kelompok masyarakat tertentu yang ada di negara tersebut. Sehingga ini kemudian yang akan menjadi defisini 'kesejahteraan' bagi masyarakat itu sendiri.

Misalnya angka kelompok masyarakat miskin. Ketika angkanya mengalami peningkatan, maka pemerintah perlu dipertanyakan kinerjanya  dan begitu juga sebaliknya ketika angkanya menurun maka pemerintah telah berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.

Berbicara mengenai kelompok masyarakat, di negara mana pun sepertinya akan selalui berfokus pada kelompok masyarakat miskin sebagai sasaran utama dalam kebijakannya. Selain memang tujuannya untuk lebih mensejahterakan masyarakatnya, angka kemiskinan juga merupakan sebuah 'aib' bagi negara itu sendiri.

Sehingga pada akhirnya sebagian besar negara banyak yang memfokuskan kebijakannya yang secara khusus untuk mengentaskan kemiskinan. Namun, tak sedikit negara yang tidak memberikan perhatiannya pada kelompok masyarakat lainnya yang juga memiliki peran dalam pertumbuhan ekonomi negara.

Sepertinya halnya masyarakat kelas menengah yang dianggap lebih rentan terhadap kemungkinan untuk menjadi miskin dan 'aman' secara ekonomi. 

Dari buah pemikiran inilah yang akhirnya membuat posisi masyarakat kelas menengah menjadi serba salah. Seolah tidak memerlukan 'bantuan' dan kemudian akhirnya menjadi terabaikan oleh negara.

Nasib Kelas Menengah RI, Minim Perhatian dari Pemerintah (KOMPAS.ID/AGNES THEODORA)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline