Indonesia dikenal dunia sebagai negara dengan berbagai macam sajian kuliner dengan rasa yang lezat. Apalagi didukung dengan kekayaan rempah yang melimpah membuat cita rasa makanan Indonesia tidak hanya lezat tetapi memiliki ciri khas yang kuat.
Ketika sudah dihubungkan dengan daerah-daerah yang ada di Indonesia, sajian makanan akan memiliki kenanekaragaman dari segi rasa. Itu terjadi karena setiap daerah memiliki ciri khas rasa tertentu sehingga akhirnya menjadi sebuah identitas dari daerah itu sendiri.
Misalnya, ketika kita sajian kuliner dari daerah Yogyakarta dan Jawa tengah yang memiliki ciri khasnya yang manis dan gurih. Namun berbeda dengan daerah Sumatera seperti Padang, maka sajian kulinernya akan memiliki cita rasa rempah yang kuat dan identik dengan rasa yang pedas dan gurih.
Berbicara sajian makanan dari provinsi Sumatera Barat yaitu Padang, sepertinya kuliner ini memiliki tempat di hati masyarakat luas. Mungkin dapat dikatakan bahwa sajian makanan ini selalu hadir dan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dan sudah menjadi comfort food bagi sebagian besar masyarakat.
Hal yang membuat sajian makanan padang ini selalu dekat dengan masyarakat adalah ketika berpergian atau menetap di suatu daerah atau wilayah yang belum pernah dikunjungi. Sajian makanan padang biasanya selalu menjadi pilihan nomor satu karena kita sudah familiar dengan rasanya yang lezat tersebut.
Melihat pola konsumsi masyarakat kita terhadap sajian masakan padang memunculkan sebuah persepi bahwa bisnis rumah makan padang akan selalu menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan. Maka tidak mengherankan jika kita bisa menjumpai rumah makan padang dengan mudah dimana pun kita berada.
Rumah makan Padang, sejarah, dan tradisi Minang
Di balik populernya sajian masakan padang, ternyata sajian yang satu ini sarat akan kekentalan budayanya khususnya daerah Minangkabau. Apabila kita tarik ke garis sejarah, rumah makan padang atau dulu dikenal dengan nama 'lapau' ini pertama kali ditemukan pada pertengahan abad-19.
Menurut sejarawan Minangkabau Gusti Asnan dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, Padang saat itu merupakan daerah administratif Gouverment van Sumatra's Westkust yang sekaligus menjadi pusat kegiatan ekonomi. Di mana semua hasil bumi yang ada di Sumatera barat yang akan di ekspor saat itu harus dibawa ke Padang terlebih dahulu.