Polemik program makan siang gratis yang diusung calon pemenangan pilpres 2024 tak henti-hentinya selalu jadi perbincangan hangat hingga saat ini. Berbagai portal berita hingga diskusi warganet melalui media sosial gencar terjadi menanggapi isu program ini.
Namun ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia melek dan peduli akan kebijakan tertentu dan mungkin ini juga dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk mengevaluasi kebijakan yang akan diterapkan nantinya.
Sejak kebijakan makan siang gratis ini muncul sebagai salah satu program unggulan calon pemenangan Prabowo-Gibran, tidak dapat dipungkiri memang banyak menuai berbagai macam pro dan kontra di dalam masyarakat.
Pihak pro menganggap bahwa program ini sangat baik, terlebih melihat kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang tidak semuanya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.
Selain itu banyak yang menyoroti permasalahan kurangnya gizi pada anak dan menganggap bahwa program ini bisa menjadi salah satu opsi yang baik.
Berbeda dengan pihak yang kontra, justru kebijakan ini rawan menyebabkan permasalahan baru bagi negara. Banyak berbagai macam kontroversi yang muncul dari kebijakan ini, seperti; anggaran ratusan triliun yang diambil dari APBN hingga yang paling terbaru adalah dana bos sekolah sebagai opsi pendanaan untuk program tersebut.
Dibalik berbagai macam polemik dan kontroversi yang ada, mungkin banyak orang yang tidak mengetahui bahwa kebijakan program makan siang ini sebenarnya sudah banyak diterapkan di berbagai negara di Eropa dan Asia.
India dan program skema makan siang gratis
India merupakan salah satu negara yang menerapkan program skema makan siang gratis dan terbesar di dunia. Program ini digalakkan sejak tahun 1995 dan telah menyediakan makan siang gratis untuk 125 juta anak berusia 6-14 tahun dengan menelan biaya sebesar US$2,8 miliar untuk memastikan bahwa masyarakat khususnya anak-anak dapat mengakses makanan dengan mudah.