Lihat ke Halaman Asli

Memilih Presiden Indonesia

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memilih Presiden Indonesia.

Membaca wacana dan berbagai macam artikel yang semakin bertebaran tentang calon presiden Indonesia, membuat kita, terutama saya pribadi semakin galau memikirkan, siapa calon presiden yang harus saya pilih nantinya.

Capres yang ini begitu, capres yang itu begini.

Ini itu banyak sekali, semua-semua dapat dikabulkan, dapat dikabulkan dengan kantong ajaib. Eh..kok malah bernyanyi..Hehe. (daripada stress duluan ya ngomongin capres)

Saling serang, saling puji, saling mencari kesempatan dalam peluang yang memungkinkan akan dipilih masyarakat. Mungkin, masyarakat awam dunia politik seperti saya ini berpikir, "ah, pilih presiden yang baik-baik saja" Tapi kemudian berpikir lagi, siapa calon presiden yang baik-baik saja itu?

Kemarin, saat saya makan siang disebuah rumah makan Padang (yang tidak biasa-biasanya saya kesana) saya seperti mendapatkan pencerahan. (Bahasanya pencerahan macam lagi cari jodoh aja..hihi) Eh, tidak salah..kan..memilih presiden juga bisa dikatakan mencari jodoh, jodoh yang baik untuk Indonesia. Kalau sampai salah pilih, apa jadinya nanti Indonesia kita tercinta ini?

Obrolan yang menggelitik sebenarnya, apalagi setelah saya kembali ke kantor dan membuka sosial media, saya diberikan satu link tentang salah satu capres yang teman saya rekomendasikan. Begini, sedikit obrolannya.

Dirumah makan Padang itu sedang ada tayangan ulang sewaktu capres dari PDIP, Joko Widodo mendeklarasikan cawapresnya yaitu bapak Jusuf Kalla. Pemilik rumah makan Padang mendekati saya lalu bertanya, "Neng..siapa nantinya presiden yang eneng pilih? Kalau bapak, mah, akan pilih dari Gerindra, pak Prabowo" Saya cuma menjawab, "belum tau nih, pak..masih galau..hehe" Ah..si eneng seperti anak ABG labil aja pakai galau-galau segala. :D Lalu, kami melanjutkan obrolan ringan sambil makan siang, si pemilik warung bercerita... Setiap harinya dia selalu melihat banyak pengangguran, pengamen, anak jalanan, anak-anak punk yang agak liar, pencopet, rampok, perkosaan, pelecehaan dan betapa tidak amannya Indonesia sekarang. Hmm.. sepertinya bukan si bapak saja yang 'melihat' itu, kita semua pasti menyaksikan, berita-berita yang ramai di perbincangkan sekarang, tidak jauh dari kasus-kasus yang membuat kita geleng-geleng kepala dan merasa sedih. Apakah seperti ini? Indonesia seperti darurat keamanan, kenyamanan seperti sebuah surga yang kasat mata, antara ada dan tiada. Bahkan saat dirumahpun, kadang kita merasa tidak aman.

Yang paling penting, neng, lanjut si bapak pemilik rumah makan. Bapak mah berharap harga-harga bahan pokok bisa sedikit lebih murah dan stabil, lapangan pekerjaan untuk anak-anak jalanan semakin tersedia. Coba bayangin, neng..saat pemerintahan pak Harto, dulu..harga beras murah cuma 250 rupiah, kemana-mana aman sebelum reformasi. Bapak mah pengen seperti dulu lagi. Hidup nyaman dan tentram.

Yaa.. saya juga pernah merasakan harga-harga murah, karena saya remajanya di tahun 90-an sebelum terjadi huru hara Mei 1998, pak. Tapi kita berpikir realistis saja, kalau kita berharap jaman masih seperti dulu kala, yang begini, begitu. Kita nggak maju-maju dong kalau gitu, kita akan ketinggalan jaman. Lagian, jaman dulu dan jaman sekarang pastilah berbeda... jaman pak Harto, Soekarno, SBY dll.. semua memberi kesan baik dan buruknya, itu wajar, karena itulah proses kehidupan, pemerintahan sebuah negara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline