Minggu ini kita kembali dikejutkan dengan statement tim Transisi bentukan Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang akan menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI, setelah menggelar turnamen Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden.
Basis peserta turnamen dan rencana kongres yang mulai digalang oleh tim Transisi adalah pengurus sepakbola di provinsi dan klub-klub yang sebelumnya ikut Liga Prima Indonesia (IPL).
Sedangkan untuk turnamen, banyak orang tak yakin dengan turnamen yang diadakan oleh Tim Transisi, mengingat disainer Tim Transisi kebanyakan adalah tokoh-tokoh IPL yang gagal menuntaskan turnamen mereka. Seperti kita ketahui, IPL hanyabertahan beberapa tahun saja yaitu 2010 – dan berakhir tahun 2013.
Mereka merancang regulasi soal klub dan turnamen dari balik meja. Turnamen itu hanya diikuti oleh 14 klub sekelas ISL tanpa layer kedua seperti divisi utama dan Liga Nusantara. Mereka tidak punya jenjang yang kompetitif sehingga kualitas klub tidak terpetakan dengan baik. Akhirnya tahun 2013, mereka gagal mengelola turnamen dan klub-klub itupun tenggelam.
SekarangMari kita kaji soal keinginan Tim Transisi untuk mengadakan KLB. Total klub yang harus dihimpun tim Transisi untuk KLB, minimal 80 klub. 80 klub ini untuk mengisi 20 klub di layer pertama yaitu ISL, 20 klub di layer kedua yaitu Divisi Utama dan 20 klub di layer ketiga yaitu Liga Nusantara . Liga Nusantara kebanyakan adalah klub-klub amatir yang mengikuti turnamen.
Dari seluruh klub yang mungkin bisa dihimpun tim, butuh 50+1 suara untuk meloloskan kepengurusan PSSI baru. Menghimpun klub-klub dan memberikan suaranya untuk tim transisi adalah satu pekerjaan besar dan sulit. Bisa dipastikan Tim transisi atau Menpora akan kehabisan tenaga menuntaskannya dan berlaku pepatah Nafsu Besar , Tenaga Kurang.
Keinginan Tim Transisi untuk menggelar KLB sempat jadi pertanyaan pihak PSSI. Pasalnya untuk bisa menggusur La Nyalla Mattalitti sebagai Ketua Umum PSSI hanyalah para anggota PSSI itu sendiri. Sementara ini anggota yang bisa dihimpun Tim Transisi berbeda dengan yang dimiliki oleh PSSI.
Sekali lagi kita melihat orang-orang dibelakang Menpora adalah orang-orang bekas IPL yang gagal, bisakah Menpora melakukan itu? Bisa jadi sekarang dia menggebu-gebu soal turnamen dan KLB itu. Tapi jangan mengeluh jika di tengah jalan dia gagal mewujudkannya.
Nanti akan terbukti : Nafsu besar, tenaga kurang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H