Lihat ke Halaman Asli

ITB Didemo

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

:)

Waaahh, hari ini kawan-kawan tiba-tiba ramai membincangkan demo di gerbang depan siang tadi. Ada apa memang? Yak, ada demonstrasi. Tapi bukan main-main, kali ini malah mahasiswa ITB didemo mahasiswa dari perguruan tinggi lain di Bandung. (saya sendiri ga tahu universitas mana aja, bukan saksi mata soalnya..) Setelah membaca postingan salah seorang teman di grup angkatan, saya pun mulai tertarik membaca artikel-artikel mengenai demo tadi siang. Sudah banyak yang mengulas ternyata. Haha. #telat banget saya. Tentu mereka mengulas dengan sudut pandang mereka sendiri.. Kalau saya sih ya, sama dengan kebanyakan teman saya yang lain, demo ga demo tuh kan pilihan. Masing-masing orang punya pilihan atau caranya sendiri dalam memajukan bangsa. Betul, demonstrasi merupakan sarana untuk mengontrol pemerintah, atau dalam hal ini untuk mendukung Sondang, mahasiswa yang membakar diri di depan Istana Negara. Namun, tetep dong, harus dilihat esensi-nya. Bakal manfaat ga tuh demo? Apalagi demo yang tak beretika. Ya masa’, Presiden KM ITB dikasi celana dalam wanita + pembalut??? Katanya sih, itu simbol bahwa Presiden KM ITB (atau ITB-nya?) tuh banci.. Bahwa kita tidak mau turun ke jalan untuk ikutan demo. Yap, okelah. Jika dilihat dari luar memang mahasiswa ITB memang nampak “apatis”. Hanya nampak loh ya.. Bukan berarti memang apatis kan? Bukan berarti ga peduli kan? Betul kata Tizar, kalo mahasiswa ITB lebih memilih diskusi dan kajian untuk menghadapi suatu permasalahan atau isu bangsa. (bahkan, saya sendiri mikir di ITB terlalu banyak kajian.. hihih..) Bukan hanya sekedar demo yang ga beretika. Eitss, ini bukan berarti saya ga membenarkan demo loh ya,, Demo sih boleh aja, asal,,,,, ada tujuan jelas dibaliknya, dilihat tingkat kepentingannya, dan tentu harus beretika. Ya ga? Plus, saya juga bukannya apatis terhadap apa yang dilakukan kawan kita Sondang. Kalo dilihat dari caranya, emang  salah sih.. Bunuh diri merupakan cara terekstrim untuk mengemukakan pendapat. Bunuh diri juga tentu ga boleh dalam agama kan? Tapi mari kita ambil pelajaran dari Sondang. Bahwa masih ada mahasiswa yang peduli akan masalah bangsa. Masih ada mahasiswa yang kritik kepada pemerintah. Mungkin ada maksud yang lebih besar dari tujuan Sondang melakukan aksi-nya ini. Tapi kalo boleh ngasi pendapat sih, daripada ngritik dengan cara bunuh diri, mending kita melakukan tindakan nyata untuk membangun negeri ini. Ya ga? Seperti misalnya, jadi mahasiswa berprestasi kek (walopun itu jauh dari saya. haha) ataupun melakukan hal-hal kecil yang berdampak positif. Sooo,, kawan-kawan (khususnya kawan2 ITB), jangan ikutan tersulut dengan “panas”nya demo tadi siang. Biarkan masing-masing punya opini. Asal jangan saling menyalahkan. Toh, kita punya cara lain untuk memajukan bangsa. Belajar dulu yuk yang rajin, biar bisa jadi orang “besar”.. *nasihat ini juga lebih untuk ke saya pribadi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline