[caption id="attachment_126953" align="aligncenter" width="680" caption="Berdoa di tempat semua anak2 ditelan tsunami"][/caption] Tiba2 truk yang kami tumpangi minggir dan berenhenti di dekat jembatan. Tampak di jembatan sebelah sini ada mobil polisi, rupanya menjaga supaya tidak ada kendaraan yang lewat karena di ujung sana jembatan sudah putus diterjang tsunami. Dua teman jepang saya langsung menuju ke arah suatu tempat di mana ada meja dan gambar serta beberapa botol minuman dan bunga2 di situ. Mereka berdua lalu berdoa. Jepang yang dikenal sebagai negara yang tidak mengenal agama, dan teman saya itu juga mengakui tidak beragama tetapi mereka berdoa. Jadi doa yang dalam bahasa jepangnya "Inori" juga dilakukan hampir semua orang jepang. Saya sempat berdiri termangu sebentar, kenapa mereka berdoa disitu. Sementara di ujung sana ada tiga buah kendaraan berat tampak sibuk merapikan area yang tampak lebih rendah dari tempat kami berdiri. Rupanya tempat itu adalah Sekolah Dasar dimana waktu tsunami kemarin, dari 108 anak murid2 disitu, 68 anak meninggal dan 6 anak belum ditemukan. Dari 13 guru yang bekerja di sekolah itu 9 guru meninggal dan 1 guru belum ditemukan. Boleh dikatakan 70% dari murid menjadi korban. Lokasi SD ini memang lebih rendah dari pada tinggi jembatan. Di sekitar daerah itu ada 4 sekolah. Dua sekolah lain korbannya 3 anak, dan satu sekolah korbannya 7 anak, dan satu sekolah lagi tidak ada korban. Jumlah total yang meninggal 74 anak ( termasuk yang hilang) tentu sangat mengherankan. Kenapa bisa terjadi demikian. Pada awal bulan Juni 2011, baru ada penjelasan resmi dari dinas pendidikan di kota itu, kota Ishinomaki, profinsi Miyagi. Di jelaskan bahwa terjadi diskusi / pembicaraan yang terlalu lama diantara guru tentang kemana musti mengungsi. Baru setelah 40 menit murid2 meninggalkan sekolah menuju ke tempat lebih tinggi. Rupanya tsunami sudah datang dari belakang, baru 1o menit anak2 jalan keluar dari sekolah tsunami sudah menelan mereka. Oleh karena itu hampir semua anak2 dan guru2 meninggal dunia. Murid2 yang selamat adalah murid yang hari itu tidak masuk sekolah atau murid yang pulang lebih dulu karena orangtuanya langsung menjemput saat terjadi gempa. Beberapa hari setelah itu Dinas Pendidikan di kota Ishinomaki, menyatakan permintaan maaf dan menyatakan bahwa bersalah karena di manual keselamatan tidak menuliskan tempat pengungsian untuk sekolah itu sehingga menyebabkan guru2 tidak bisa langsung memutuskan tempat mereka harus melarikan diri. Dalam suasana ini semua orang tua hanya bisa menerima dan mohon jangan terulang lagi ketidak jelasan. Meski Jepang dikenal dengan sisitem pendidikan menghadapi bencana sejak kecil, rupanya kali ini ada satu kelemahan juga. Dalam menghadapi bencana ada kepanikan dan menjadikan keputusan lama diambil. Tidak semua lancar dalam proses menghadapi bencana. Tujuhpuluh empat anak lebih dulu meninggal dari pada orang tua mereka. Kenyataan bahwa "anak lebih dulu meninggal" daripada orang tua adalah suatu yang sangat menyedihkan bagi semua orang tua. Orang tua masih merasa melihat anak2 itu main di halaman sekolah itu. Oleh karena itu di musim panas ini, banyak ditaruh minuman dan makanan kecil di tempat doa untuk anak2. Seakan masih melihat anak bermain di musim panas dan menyediakan air minum dan makanan untuk mereka. Catatan Waktu pada tanggal 11 Maret 2011 Jam 14:46 : Pada saat gempa semua murid di dalam sekolah, berlindung dibawah meja. Guru menginstruksikan semua murid2 berkumpul di lapangan sekolah. Jam 15:00 : Guru-guru diskusi dan membicarakan tempat mengungsi Jam 15:25 : Ada alarm / pengumuman lewat mobil pemerintah kota bahwa tsunami datang. Guru dan murid mulai jalan menuju ke tempat yang lebih tinggi. Jam 15:37 : Tsunami menelan semua anak-anak dan guru Sumber Catatan Waktu : Surat Kabar Yomiuri Shinbun ( http://www.yomiuri.co.jp/zoom/20110613-OYT9I00497.htm ) ------- Dibawah ini gambar jembatan yang terputus didekat sekolah itu ------ [caption id="attachment_126920" align="aligncenter" width="610" caption="Jembatan dekat sekolah yang terputus"][/caption] [caption id="attachment_126921" align="aligncenter" width="610" caption="Seakan masih melihat anak bermain di musim panas dan menyediakan air minum dan makanan untuk mereka"][/caption] Di saat bulan puasa ini mari kita doakan mereka. Demikian laporan dalam perjalanan di kota Ishinomaki, Miyagi, Jepang yang saya lakukan tgl 23 Juli 2011 yang lalu. Semoga informasi ini berguna bagi kita semua. Salam, hb. sapto nugroho
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H