Lihat ke Halaman Asli

Hb. Sapto Nugroho

Hidup ini adalah Pikink ( Selalu senang dan bersyukur ), sementara tinggal di Tokyo

Mabuk "Gempa"

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13026569461372971325

[caption id="attachment_101919" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (shutterstock)"][/caption] Kalau selama ini saya hanya mengenal "mabuk laut", "mabuk udara", dan "mabuk darat"  sekarang ini karena cukup lama tinggal di negara yang banyak mengalami gempa mengenal juga istilah "mabuk gempa". Jepang memang  dikenal dengan negara yang banyak mengalami gempa.  Oleh ahli geologi dinyatakan bahwa Jepang terletak pada pertemuan 4 lempengan (plate) yaitu :  1.lempengan Pasific,  2.lempengan Filipina,  3. lempengan Eurasian(Eropa dan Asia) , dan 4. lempengan Amerika Utara. Lempengan Pasifik dan lempengan Filipina bergerak mendesak ke arah utara barat kepulauan Jepang perlahan-lahan.  Desakan ini dari lempengan Pasifik/Filipina ini akan menimbulkan slip dengan lempengan Eurasian dan lempengan Amerika Utara. Bila terjadi slip ini maka terjadilah gempa.  Kejadian ini slip ini sangat sering, dan beberapa kali menimbulkan gempa cukup besar dan terakhir terjadi tanggal 11 Maret 2011. Satu bulan terakhir ini terjadi gempa susulan dengan skala lebih dari 5 sebanyak 430 kali (catatan dari pusat informasi diJepang). Sampai detik ini, waktu saya tuliskan artikel ini juga masih ada gempa yang cukup terasa, yaitu skala 5 R di daerah profinsi Ibaraki,  di Jepang Utara. Dengan seringnya gempa ini maka akhir-akhir ini munculah fenomena "mabuk gempa", artinya meskipun tidak terjadi gempa akan tetapi  "merasa" ada getaran/goyangan. Masalah fenomena mabuk gempa ini sempat dibahas juga oleh salah satu station TV di Jepang. Diterangkan bahwa mabuk gempa ini memang sangat mungkin terjadi karena begitu sering terjadi gempa. Mabuk gempa sangat mudah diterangkan dengan suatu cara/perumpamaan yaitu naik tangga berjalan (escalator), akan tetapi tangga berjalan itu sendiri lagi berhenti (tidak dijalankan), badan kita akan terasa bergerak maju ke depan meski tangga berjalan itu berhenti. Untuk mengetahui bahwa kondisi ini "mabuk gempa" atau gempa beneran, bisa dilakukan dengan melihat air dalam gelas. Kalau air tidak bergerak, itu berarti itu mabuk gempa.  Kalau di rumah kebetulan ada akuarium ikan, maka air dalam akuarium  bisa dipakai untuk petunjuk terjadinya gempa atau tidak. Memang dengan terjadinya gempa yang sering dan agak lama (meski tidak begitu besar) bisa menimbulkan rasa pusing. Untuk mengatasi rasa pusing dan mabuk gempa ini, maka dianjurkan untuk melakukan gerakan olahraga apa saja pada saat merasa mabuk gempa.  Jadi pengatasan mabuk gempa bukan dengan minum obat seperti mabuk2 yang lain, akan tetapi dengan gerakan olah raga (menggerakan badan). Demikian sedikit cerita di pagi ini semoga cukup memberikan informasi tentang sering terjadinya gempa di jepang dan sekaligus mengenal istilah baru bagi kita yaitu "mabuk gempa".  Salam dan tetap semangat untuk semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline