Lihat ke Halaman Asli

Yogyakartaku Berhati Nyaman...

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Yogakarta berhati nyaman, itulah yang selama ini menjadislogan kota Yogyakata. Di balik kalimat tersebut pastilah ada makna yang sangat dalam yang terbesit di dalamnya. Bisa jadi kalimat tersebut merupakan sebuah ajakan atau bahkan sebuah doa agar Yogyakarta selalu damai. Melalui kalimat tersebut, bisa jadi masyarakat pendatang yanghendak ke Yogyakarta akan merasa aman dan tentram ketika mereka singgah.

Namun akhir-akhir ini berita kurang mengenakan terjadi di Yogyakarta. Kota kecil yang dikenal damai kini mulai mendapat stigma negatif karena banyak terjadi kekerasan di dalamnya. Banyaknyakekerasan yang terjadi di Yogyakarta di sinyalir karena majemuknya kultur atau budaya yang dibawa dari orang-orang yang merantau di Yogyakarta. Dan hal ini semakin ditambah dengan adanya masyarakat yang membuat suatu kelompok yang cenderung untuk memisahkan diri dengan membuat suatu kelompok yang biasanya berdasarkan atas daerah asal.Melalui paham primordialisme inilah yang menyebabkan benturan atau bahkan konflikdari tiap-tiap kleompok karena menganggap kelompoknya yang superior. Budaya seperti inilah yang seharusnya di tinggalkan. Karena secara tidak langsung, dengan adanya paham ini akan menimbulkan efek negatif.

Sebenarnya membuat suatu kelompok atau perkumpulan yang berlatarbelakang dari daerah tempat asal atau budaya memang sangat diperlukan ketika kita di hadapkan saat merantau di daerah orang. Karena melalui perkumpulan atau paguyuban tersebut kita tetap mempunyai ciri budaya tersendiri tanpa harus terbawa arus budaya dari orang lain.Selain itu, dengan adannya perkumpulan tersebut akan menimbulkan suatu keterikatan batin karena senasib dalam menghadapi hidup di perantuan. Namun semua itu harus di lakukan tanpa harus berlebihan, seperti tidak menganggap budayanya sendiri paling unggul dan menganggap rendah budaya yang lain.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline