Lihat ke Halaman Asli

Saprah Ullya

Mahasiswa

Tradisi Khanduri Blang

Diperbarui: 1 Juni 2024   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Aceh di kenal dengan beragam kebudayaan dan adat istiadat, Aceh sangat rentan dengan tradisi keislaman yang turun temurun dari zaman dahulu hingga saat ini, salah satu tradisi yang unik masyarakat Aceh adalah "khanduri blang". Khanduri blang merupakan suatu bentuk syukuran yang dilakukan oleh masyarkat Kemukiman Keulibeut di daerah kota Sigli dan sekitarnya dalam dalam rangka troen u blang atau "turun ke sawah" dalam arti lain udah musim menanam. 

Khanduri blang sama seperti upacara adat Aceh peusijeuk yang merupakan hasil pencampuran kebudayaan adat Aceh dan agama islam, tradisi ini tidak hilang meskipun cara dan prosesnya tidak sama persis dan sedikit berubah dari masa ke masa atau di beberapa wilayah Aceh yang ritualnya tidak sama persis.

Khanduri blang biasanya dilakukan di dekat sawah dan masyarakat setempat akan membawa peralatan-peralatan masak yang diperlukan seperti bumbu masak, pisau, kuali, talenan, wadah sayuran, dan lain-lain. Biasanya masyarakat setempat yang mengikuti acara khanduri blang membawa hewan ternaknya seperti ayam kampung. 

Ayam tersebut dibawa ke sawah dalam keadaan hidup lalu nantinya akan disembelih di sawah. Semua masyarakat setempat akan bergotong royong menyiapkan masakan dari daging ayam yang disembelih tadi. Mereka akan memasak nasi, memasak ayam, dan menyiapkan segala macam yang dibutuhkan. 

Setelah itu, masyarakat setempat mengadakan doa bersama yang di pimpin oleh tokoh agama setempat. Setelah berdoa dan makan bersama selesai, selanjutnya para perempuan tani menyiapkan bunga-bunga dan jenis dedaunan, kemudian di letakkan di ateung blang (pinggiran sawah) masing masing. Saat proses ini di lakukan petani dilarang berbicara mengenai hal-hal takabur dan menyombongkan diri, kemudian teungku imum akan mengumumkan kapan sawah akan di bajak serta penanaman bibit secara bersamaan, dengan tujuan untuk menghindari hama yang akan menyerang tanaman padi nantinya.

Tradisi khanduri blang sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang,  bagi petani khususnya di Aceh, dengan mengharapkan berkah, agar tanaman terbebas dari hama dan penyakit lainnya. Dalam khanduri blang, tidak hanya dengan membaca doa serta yasinan, namun juga adanya peusijuk pade bijeh (tepung tawar benih padi), hal itu merupakan suatu adat yang sudah menjadi kearifan lokal serta ditekuni oleh setiap masyarakat yang bertani dan masih eksis hingga saat ini. 

Adanya peusijuk pade bijeh ini dilakukan oleh petani terhadap padi yang akan dijadikan benih (bibit) sebelum penyampaian di sawah. Tujuan daripada peusijuk tersebut, mengandung harapan agar bibit yang akan ditanam mendapat rahmat Allah SWT subur dan berbuah. setelah diadakannya Kenduri Blang, ada pantangan tersendiri terhadap para petaninya. yaitu dengan larangan selama tiga hari berturut-turut tidak boleh membawa payung ke sawah, menjemur padi, dan menjala ikan. Terlepas dari hal tersebut bebas.

dokpri

Proses khanduri blang ini dilakukan hingga tanaman padi mulai berat isinya dan akan panen syarat awal sebelum panen padi di lakukan petani akan mengambil tujuh helai batang padi dan di gantung pada pintu rumah atau di pintu dapur, setelah itu barulah padi bisa di panen.

Begitulah khanduri blang yang dilakukan oleh masyarakat kemukiman Keulibeut di daerah kota Sigli khususnya yang berprofesi sebagai petani, tujuannya sebagai penyambung silaturahmi dengan masyarakat setempat dan sebagai bentuk syukur kepada sang pencipta dan meminta permohonan kepada Allah agar tanaman padi yang ditanam itu subur dan bebas dari segala bentuk hama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline