Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Infeksi Malaria Terhadap Ibu hamil dan Janin

Diperbarui: 19 Oktober 2024   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu penyakit infeksi parasit terpenting di dunia. Dilaporkan, malaria menjangkiti lebih dari 40% populasi dunia atau pada lebih dari 100 negara dalam berbagai derajat keparahan. WHO memperkirakan jumlah kasus malaria setiap tahun lebih kurang 300 juta jiwa. Kematian akibat malaria diperkirakan 1 sampai 1,5 juta jiwa setiap tahunnya. Malaria banyak ditemukan di negara-negara Afrika, Asia dan Amerika Latin dengan penyebaran yang cepat. Hal ini disebabkan oleh rendahnya derajat kesehatan dan kemiskinan. Keadaan ini akan menjadi lebih kompleks dengan meningkatnya resistensi obat yang digunakan untuk memberantas malaria.

Gambaran geografis daerah-daerah di Indonesia yang sangat beragam, yakni dapat berupa daerah pantai, pegunungan, rawa-rawa, persawahan, perkebunan dan hutan, berpengaruh terhadap kepadatan vektor dan transmisi malaria. Selain keadaan tersebut, dengan berkembangnya transportasi, mobilitas penduduk, dan perbedaan sosial-ekonomi-budaya maka infeksi malaria sudah makin mudah menyebar baik penderitanya maupun vektor penyebabnya. Oleh karena itu, infeksi malaria dapat timbul lagi di daerah-daerah yang dulunya tidak ada malaria baik sebagai kasus impor maupun sebagai kasus kasus letupan.

Infeksi malaria pada wanita hamil yang berkembang menjadi malaria berat, sering disertai dengan kematian janin dalam rahim maupun kematian ibu. Kematian wanita hamil akibat malaria serebral diperkirakan 50% dan 20% pada wanita yang tidak hamil. Di daerah tropis, infeksi P. vivax dan P. ovale jarang terjadi dan risiko timbulnya malaria berat oleh infeksi kedua plasmodium tersebut kurang jika dibandingkan dengan infeksi P. falciparum. Akan tetapi baik P. vivax maupun P. ovale mempunyai kecenderungan akan terjadinya relaps setelah beberapa minggu atau bulan setelah serangan primer. Hal ini tidak terjadi pada P. falciparum. 

Pada beberapa strain di daerah tropis relaps biasanya terjadi setelah 3-6 minggu kemudian. Relaps sering terjadi akibat pengobatan yang tidak lengkap. Pengobatan secara radikal kloroquin dan primaquin dapat digunakan untuk mengatasi terjadinya relaps dengan keberhasilan lebih dari 80%. Akan tetapi pemberian primaquin pada ibu hamil masih menjadikan masalah karena tidak dianjurkan karena efek toksisitasnya terutama terhadap janin. Masalah lain yang selama ini masih menjadi teka-teki adalah kejadian "malaria kongenital". Malaria kongenital apakah ditularkan ke janin secara transplasental atau hanya secara kontak saat persalinan, sampai saat ini masih belum jelas.

PENGARUH INFEKSI MALARIA PADA KEHAMILAN :

1. Anemia

Efek penting tidak langsung pada kehamilan akibat infeksi malaria adalah anemia. Anemia hemolitik dan anemia megaloblastik merupakan jenis anemia yang paling sering terjadi akan tetapi patofisiologinya masih belum jelas, dikatakan kompleks dan multifaktorial dan diduga akibat dari gabungan gangguan gizi (termasuk defisiensi zat besi, defisiensi asam folat) maupun akibat dari parasitemia. Anemia terutama disebabkan oleh pecahnya eritrosit yang terinfeksi parasit pada saat pengeluaran skison, penghancuran eritrosit yang terlalu dini oleh lien, dan diseritropoesis karena depresi sumsum tulang. Terjadinya anemia hemolitik juga diduga berhubungan dengan imunitas, dilaporkan terjadinya eritrofagositosis baik dari eritrosit yang mengandung parasit maupun yang tidak. Penelitian Looareesuwan dkk. (1991) menyimpulkan, terdapat akselerasi destruksi eritrosit yang tidak terinfeksi, dan keadaan ini paralel dengan beratnya penyakit. Angka kejadian akan meningkat terutama pada ibu hamil yang tidak mendapatkan pengobatan.2

2. Edema paru akut

Wanita hamil dengan malaria berat sering mengalami komplikasi edema paru akut, merupakan komplikasi terberat yang sering menyebabkan kematian. Pembuluh kapiler paru dipenuhi oleh neutrofil dan monosit, terjadi edema endotelial dan interstisial, serta peningkatan permeabilitas kapiler (Miller dan Warrell, 1990; Harianto, 1992). Peningkatan permeabilitas kapiler paru ini belum diketahui penyebabnya (White, 1996b). Gagal jantung atau edema paru akut ini sering tejadi segera, setelah pelepasan plasenta terutama pada penderita yang disertai anemia berat. Keadaan edema paru ini dapat juga terjadi pada masa nifas. Dengan pemeriksaan radiologis akan tampak peningkatan gambaran bronko-vesikuler tanpa pembesaran jantung.5


3. Hipoglikemia


Hipoglikemia juga merupakan salah satu komplikasi terpenting pada penderita malaria berat. Pada wanita hamil lebih mudah mengalami hipoglikemia karena meningkatnya kebutuhan metabolisme. Selain itu penggunaan glukosa oleh parasit itu sendiri dapat menghabiskan cadangan glikogen dalam hati. Hipoglikemia yang terjadi pada kehamilan sering juga dipercepat oleh adanya respons "starvation". Sebagai tambahan, adanya respons yang berlebihan dari sel-sel langerhans pankreas menyebabkan insulin yang disekresikan akan lebih besar pula jika dibandingkan dengan wanita tidak hamil. Faktor ini jika dihubungkan dengan kebutuhan metabolisme pada saat terkena infeksi, akan memudahkan ibu hamil mengalami hipoglikemia. 1.9

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline