Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Mahfud Syaifullah

Amateuris Bertumbuh

Pelaminan

Diperbarui: 1 November 2024   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

“Selamat” pengantar dari sebuah ucapan suka cita kepada seorang kawan yang telah menunaikan sebagian dari iman. Ketika melihat seisi ruangan, ribuan pasang mata tampak terharu diwakilkan dalam sebuah senyuman. Melihat seorang kawan telah bertemu separuh insan adalah sebuah jawaban yang terlantun dari harapan yang lekas diwujudkan.

Menepis segala kemungkinan adalah trik dalam menjawab masa depan. Terkadang kita tidak tahu siapa yang bakal jauh lebih duluan atau belakangan. Tetapi, kita patut mengingat bahwa mencapai sebuah titik bukan perkara kecepatan, melainkan ketepatan. Titik simpul yang disatukan adalah bentuk perjuangan dari keharmonisan.

Setiap insan ketika hidup pasti memiliki peran. Ada yang pernah ditinggalkan. Ada pula yang pernah dipastikan. Semua itu terjadi dikarenakan manifestasi dari sebuah kepercayaan. Memang ketika kepercayaan sudah hancur yang akan terlihat ialah kekecewaan. Hidup kembali menjadi perihal bagaimana kepercayaan menjadi sebuah jawaban bukan pertanyaan.

Menyatukan dua keluarga dalam suatu pelaminan adalah impian. Setiap manusia rela berkorban untuk meleburkan perasaan dan merajut ketulusan demi melihat seutas kebahagiaan dari para wali yang menyaksikan.

Ribuan bahkan jutaan cerita telah menjadi bekal dalam menopang kekuatan yang akan semakin matang dalam sebuah tekanan. Tidak ada sesuatu yang kokoh tanpa diiringi dengan cobaan.

Dua insan bisa yakin bahwa yang telah berlalu berupa hinaan, cercaan, dan kotoran adalah bentuk turbulensi dari kepercayaan yang dibangun dalam perjalanan hubungan. Sepasang mata yang terbilang, telah memberikan do’a nan tulus dipanjatkan untuk kalian yang bergegas membangun masa depan.

Semoga, siapa pun yang menanti sebuah puncak hubungan ‘pelaminan’ selalu diberikan segala kekuatan, ketabahan, dan ketegaran dalam menjalin hubungan.

Tidak akan ada kesia-siaan, jika yang dilakukan sepenuhnya untuk perjuangan.

Setiap diri kita dilahirkan untuk saling berpasang-pasangan. Walaupun perjuangannya tidak selalu dimudahkan. Niscaya atas segala kekuasaan-Nya, semua telah menjadi rencana yang tak terbantahkan.

Kita hanya berperan dalam medan perjuangan. Entah untuk menjalankan kebaikan, memurnikan kejernihan, mengasah keberanian, atau bahkan membentuk keharmonisan. Setiap yang telah berlalu akan selalu menjadi suatu pelajaran.

Sekarang dan masa depan adalah soal menemukan. Jika memang sudah waktunya, jangan sampai kita mengabaikan. Berselang beberapa waktu saja, dengan segala rencana-Nya mungkin saja kita bisa diterpa lebih banyak ujian, walaupun semua itu juga akan menjadi pelajaran dan memiliki tujuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline