Lihat ke Halaman Asli

Hasan Sanusi

Nothing else

Peran Keluarga dalam Mempengaruhi Keputusan Pembelian Produk

Diperbarui: 23 November 2018   00:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

shutterstock.com

           Seorang manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan individu lain. Naluri sosial ini bukan hanya bisa dipakai dalam segi untuk berkomunikasi dan berinteraksi saja antar manusia satu dengan yang lainnya. Tetapi juga di dalam segi pemenuhan kebutuhan ekonomi yang digunakan manusia dalam memenuhi konsumsi dirinya terhadap suatu barang dan jasa.

          Berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi yang digiatkan oleh seorang individu, perlu diketahui terlebih dahulu definisi secara harfiah dari konsumsi itu sendiri. Menurut Drs. T.Gilarso dalam bukunya yang berjudul "Pengantar Ekonomi Mikro" dijelaskan bahwa konsumsi adalah titik pangkal dan tujuan akhir seluruh kegiatan ekonomi masyarakat (Gilarso, 2003; 89).

          Dalam memenuhi kebutuhannya individu yang menjadi konsumen hubungan interaksi dengan distributor atau penyedia produk lainnya untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang diinginkannya ini. Sehingga secara tidak langsung konsumen akan membentuk suatu pola prilaku ekonomi yang ada dalam proses tersebut. 

          Hal ini biasa sering disebut dengan istilah prilaku ekonomi. Menurut Angel, Blackwell, dan Miniard, perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan produk dan jasa, yang termasuk di dalamnya adalah proses keputusan yang mengawali dan mengikuti tindakan pembelian dengan terlibat secara langsung dalam proses mendapatkan, mengkonsumsi, bahkan membatalkan suatu barang atau jasa (Lelembut, alihamdan.id,dikutip pada tanggal 6 Oktober 2017). Sehingga pada prilaku konsumsi ini menurut Bilson Simamora dalam bukunya yang berjudul "Panduan Reset Prilaku Konsumen" dijelaskan bahwa ilmu ekonomi dikatakan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang selalu berusaha memaksimalkan kepuasannya dan selalu bertindak rasional. Dimana para konsumen akan berusaha memaksimalkan kepuasannya selama kemampuan finansialnya memungkinkan (Bilson Simamora, 2008; 3).

          Perlu diketahui, dalam membeli suatu barang dan jasa, konsumen selalu menunjukan prilaku yang berkaitan dengan pola yang di pengaruhi oleh kepribadian, keluarga dan budaya. Pertama, Kepribadian. Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang menentukan dan merefleksikan bagaimana seseorang merespon lingkungannya (Schiffman & Kanuk , 2000). Apabila dilihat dari definitifnya, dalam suatu prilaku konsumen, secara otomatis memiliki tipe responsive terhadap barang dan jasa sesuai dengan kepribadian yang dimilikinya. Seperti dalam tipe kepribadian yang dikemukan Maslow. 

           Dimana manusia dibagi menjadi 4 golongan kepribadian. Sanguinis, Melankolis, Korelis dan Plagmatis. Misalkan dalam tipe kepribadian sanguinis yang mana merupakan seorang perasa yang menyukai keindahan namun ceroboh dalam mengambil suatu keputusan. Akan berbeda pola prilaku konsumennya dengan seorang melankolis yang dominan dengan kesempurnaan, mendetail dan dan tegas dalam mengambil semua keputusan. Kita ambil contoh dari dalam prilaku konsumen sabun mandi Seorang konsumen sanguinis pastinya akan membeli suatu produk barang dan jasa yang mana lebih melihat bentuk luaran dari barang dan jasa tersebut tanpa menelurusi bagaimana kondisi fisik yang lebih mendetail lagi. 

          Sehingga sabun yang dibelinya secara otomatis akan berupa sabun yang mungkin bangkus sampulannya saja, yang sedang popular dipakai oleh khalayak. Tanpa memperhatikan kandungan kimia yang terkandung didalam sabun tersebut, sesuai atau tidaknya dengan kondisi kulit sang konsumen. Berbeda hal nya dengan seorang yang memiliki tipe kepribadian melankolis. Ketika membeli sabun, pastinya seorang melankolis yang perfect akan lebih melihat pada kualitas produk yang akan dibelinya bukan pada kuantiantitasnya. 

          Seorang Melankolis, pastinya akan memilih sabun yang benar benar sesuai dengan kulitnya tanpa memandang bentuk fisik, ataupun popular nya suatu produk, namun lebih mengutamakan pada kandungan apa saja yang tercampur dalam produk tersebut, Baik atau tidak baiknya bagi kelangsungan kesehatan kulit dan fungsinya bagi kulit. Apabila digambarkan dalam sebuah iklan seorang konsumen sanguinis itu tercemin dalam diskonan barang yang diserbu masa sedangkan melankolis tercemin dalam iklan "buat anak kok coba-coba"

           Kedua, keluarga. Keluarga didefinisikan sebagai sebuah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang terikat oleh perkawinan, darah (keturunan: anak atau cucu) atau adopsi yang biasanya tinggal bersama dalam satu rumah. Pada fungsi keluarga itu sendiri, sebagian besar anak-anak mendapatkan kebutuhan kasih sayang, perhatian dan kedekatan didalamnya. Keluarga merupakan suatu unit dimana anak dapat menemukan kedekatan pengasuhan dan perasaan menyayangi dan disayangi oleh seseorang. 

           Sehingga format keluarga merupakan hal yang masuk akal untuk mengasumsikan faktor kasih sayang (cinta, perhatian, dan kedekatan) sangat penting dalam proses keputusan pembelian produk dalam sebuah keluarga itu sendiri (Park, Tansuhaj dan Kalbe, 1991:652). Adanya faktor kasih sayang, perhatian dan kedekatan ini akhirnya secara tidak langsung membantu mensosialisasikan suatu produk yang biasa dipakai bersama oleh keluarga tersebut. 

           Sehingga apabila seorang anak dalam keluarga telah dibiasakan memakai produk yang sama seperti pasta gigi misalnya, tidak menutup kemungkinan sampai dia dewasa dirinya akan terus menggunakan produk tersebut. Bahkan mungkin sampai dirinya membentuk suatu keluarga baru selama masih memproduksi produk tersebut direkomenasikan untuk pemakainnya sampai meregenerasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline