Lihat ke Halaman Asli

Menyusuri Kesegaran Perkebunan Pala di Kaki Gunung Ungaran

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1328587882840480325

[caption id="attachment_159597" align="alignleft" width="300" caption="Para pekerja PTPN IX (Persero) sedang memanen pala"][/caption]

Kabut dan udara dingin menyelimuti areal perkebunan pala (Myristica fragrans houtt) yang rimbun dan berdiri tegak. Pepohonan yang rimbun dan terlihat kokoh. Perlahan kendaraan jeep yang membawa rombongan turis berhenti di sisi tempat penampungan hasil pemetikan buah pala. “It is interesting” Ucap Mr. Derek Verster kagum melihat tanaman dan buah pala. “I ‘ve never seen like this before” sambungnya dengan semangat memperhatikan proses pemetikan pala dan pengupasan daging buah pala, sambil sesekali mengabadikan momen tersebut dengan kamera digitalnya. Bagi Mr. Verster, kunjungannya ke perkebunan pala merupakan kali pertama di Indonesia. Apalagi dari luas lahan 128.5 ha tersebut terdapat tanaman pala yang ditanam pada tahun 1913. Perkebunan Pala terletak di kaki gunung Ungaran yang berada di ketinggian 700-800 m dpl. Perkebunan pala seluas 128.50 ha merupakan milik PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang terletak di Afdeling Gebugan, Kebun Ngobo. Buah pala dapat dipetik pada umur 4-5 bulan. Para karyawan memetik dengan menggunakan alat pengait yang disambung dengan bambu panjang. Apabila jangkauan terlalu jauh, maka karyawan tersebut akan memanjat pohon terlebih dahulu. Proses pemetikan buah pala sangat menarik perhatian Mrs. Graziella yang mengagumi para pekerja yang memetik buah pala dengan cekatan. Perkebunan pala Gebugan memang sering dijadikan tujuan wisata para turis dari mancanegara. Biasanya kunjungan wisata tersebut dikemas dengan paket wisata perkebunan yang banyak menarik minat turis. Kunjungan ke perkebunan pala Gebugan merupakan salah satu unsur paket wisata yang menelusuri jalur perkebunan kopi robusta, kopi arabika, teh di kaki gunung Ungaran. Paket wisata yang ditawarkan oleh biro perjalanan tersebut adalah kunjungan ke perkebunan kopi, karet, kakao, pala. Buah pala merupakaan tanaman yang banyak ditanam di daerah kepulauan Banda, Maluku dan Papua. Bagian tanaman pala yang dapat dimanfaatkan adalah biji pala, daging buah, fuli. Hasil utama tanaman pala adalah minyak pala yang disuling dari biji pala. Biji pala dapat menghasilkan rata-rata 12-14 % minyak atsiri. Minyak pala digunakan sebagai bahan baku industri obat-obatan, parfum, kosmetik, dll. Oleh karena itu permintaan minyak pala untuk pasar dalam negeri dan ekspor sangat besar. Sementara itu, fuli digunakan sebagai bahan flavor pada produk roti, seperti cake, cookies, juga sebagai bumbu pada masakan laut, dan minuman. Daging buah pala kaya kalsium, fosfor, vitamin C dan A, serta sedikit zat besi. Daging pala dapat dimanfaatkan untuk sirup pala, manisan, jeli, asinan, selai, dodol, sari buah. Saat ini, PTPN IX (Persero) telah memproduksi sirup pala dengan merek “9”. Sirup pala dapat dibeli Koperasi Karyawan Kantor Direksi Semarang dan Kampoeng Kopi Banaran. Tapi sayang, Mr. Verster dan Mrs. Graziella tidak bisa menikmati segarnya sirup pala. Mungkin nantinya di Afdeling Gebugan terdapat outlet penjualan sirup pala untuk tamu atau turis, bahkan masyarakat sekitar kebun. Tentunya tidak hanya sirup pala, nantinya mungkin saja akan ada manisan pala, dodol pala, dan selainnya. Dalam industri obat-obatan, buah pala memiliki beragam khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Dalam dosis rendah, pala dapat digunakan untuk mengurangi flatulensi (kembung perut), meningkatkan daya cerna dan selera makan, serta untuk mengobati diare, muntah, dan mual (Chevallier, 2001). Pala mengandung bahan aktif miristisin, sineol, dan pinen. Minyaknya berwarna kuning pucat, bau dan rasanya khas, dan berkhasiat sebagai karminatif, menghilangkan pegal-pegal, rematik, diare, sakit gigi, dan terkilir. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 2006)

Perkebunan pala Gebugan dapat menghasilkan panen pala segar sejumlah ± 500 kg per hari. Kriteria pala yang dapat dipetik adalah kualitas buah petik medium yang berumur 4-5 bulan. Buah pala kemudian dikupas bagian daging buahnya. Setelah itu biji dikeringkan selama 3-4 hari di ruang pengeringan sampai mencapai kadar air 20%. Biji kemudian dihancurkan menggunakan mesin disk mill. Setelah itu biji pala yang telah hancur dimasukkan ke dalam ketel uap. Selanjutnya akan terjadi proses kondensasi dalam ketel suling. Kemudian dari pipa kondensor (pendingin) akan menetes cairan minyak dan air. Air dan minyak yang menetes dalam florentine flask dipisahkan dengan membuka kran alat pemisah minyak utama dan pemisah minyak tambahan. Minyak pala memiliki berat Jenis lebih kecil daripada berat jenis air, sehingga minyak mengapung di atas lapisan air. Rendemen minyak pala berkisar 12-14%. Paket wisata agro yang dikemas oleh salah satu travel wisata dari Yogyakarta tersebut telah mampu menarik minat wisatawan dari mancanegara. Umumnya para wisatawan tersebut sangat tertarik dengan pesona perkebunan yang menampilkan kesan segar, keunikan, unsur edukasi, dan penuh tantangan tersendiri.

by Noer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline