Lihat ke Halaman Asli

TFS: Berdamai dengan Rasa, Bertoleransi dengan Selera

Diperbarui: 21 Desember 2016   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dalam buku Wastu Citra, karya YB Mangunwijaya, mengatakan arsitek adalah bahasa, dimana mesti punya kemampuan untuk dialog. Demikian juga desain cafe atau resto yang banyak bermunculan saat ini. Tidak hanya di kota-kota besar pada pulau Jawa, Kota Tenggarong yang berada di Prop. Kalimantan Timur pun, pertumbuhan bisnis kuliner juga mengeliat. Memang kuliner Tenggarong sendiri belum banyak yang muncul pada deretan kuliner-kuliner nusantara seperti sate khas Madura, rendang khas Padang ataupun Coto khas Makassar.

Kembali pada kemasan cafe atau resto saat ini, seolah memang menjadi identitas dari sang pengelola untuk dikomunikasikan dengan khalayak, maka tak heran desain eksetrior/interior adu kreatif disuguhkan. Dan belum lama berselang telah di buka Tenggarong Food Station, meski berbeda tempat namun ada yang ingin diungkapkan secara personal dari TFS atau Tenggarong Food Station ini, yakni keberagaman. Dari masing-masing tempat/stan yang berada di Jalan Patin Tenggarong tersebut. Ada beberapa unsur yan g ingin disuguhkan . Ada keindahan yang ingin disuarakan, ada kenyamanan yang coba ditawarkan, serta kelezatan yang hendak dibagikan.

Maka rasanya tidak terlalu berlebihan melihat berbagai menu yang ditawarkan pada Tenggarong Food Station, sebuah jajaran menu yang bertoleransi dengan masing-masing selera individu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline